Berita

Penelitian

Pengumuman

Agenda

Acara

Pengabdian

carousel

Headline

Beasiswa

Artikel

Galeri

SDGs 15

SDGs 4

SDGs 11

SDGs

Pelatihan

Artikel Penelitian

Artikel Pengabdian

SDGs 1

SDGs 2

SDGs 3

SDGs 5

SDGs 6

SDGs 7

SDGs 8

SDGs 9

SDGs 10

SDGs 12

SDGs 13

SDGs 14

SDGs 16

SDGs 17

Kegiatan Universitas

Kegiatan Penelitian

Kegiatan Pengabdian

Prestasi

Aktivitas Mahasiswa

Kemahasiswaan

Hak Kekayaan Intelektual

Erasmus

Dies Natalis

Tata Kelola

Forum Wakil Rektor

Kerja Sama

Kampus Merdeka

Pendidikan

Penerimaan

Kehidupan Kampus

Alumni & Karir

Inovasi

Kampus Sehat

World Class University

Panduan

Peraturan

Tender

Layanan

Info Penelitian

Bima KEMDIKBUD

Renstra

Hasil Penelitian

Panduan Penelitian

SDGs Headline

Fokus Utama

Artikel Utama

Kuliah Umum

HUMAS USU - Membuka penerimaan beasiswa Bantuan Belajar Tahap Akhir tahun 2024 untuk mahasiswa tingkat akhir Universitas Sumatera Utara (USU), sosialisasi program Yayasan Izzatul Amaliyah Kamusu (YIAK) ini terselenggara di Digital Learning Centre Building, Kamis (20/06/2024). Program beasiswa wakaf harus menjadi sesuatu yang dapat menyemangati anak muda islam untuk mengembangkan wawasan mengenai wakaf kepada masyarakat dituturkan oleh Wakil Rektor I USU, Dr. Edy Ikhsan SH.,MA. Pada periodesasi kali ini diharapkan seluruh elemen mulai dari universitas, alumni, yayasan, pelaku usaha bahkan pemerintahan dapat bersinergi untuk dapat mengoptimalkan alokasi dana agar dapat membantu generasi muda yang memiliki keterbatasan dalam menempuh pendidikan melalui pemberian bantuan belajar atau beasiswa.  Tidak hanya bantuan dana yang akan didapatkan, termasuk juga Al-Qur'an serta pemberian ilmu mengenai wakaf lebih dalam akan diberikan pada mahasiswa terpilih yang kemudian akan dilantik sebagai duta wakaf. Ketua Pengurus YIAK, drg. Zulkifli Nasution M.Sc., CMC., mengharapkan agar duta wakaf dapat menjadi penerus selanjutnya yang paham akan prosedur Yayasan sehingga keberlanjutan program dapat terjamin dikemudian hari.  "Kita sudah ada pengurus Forum Mahasiswa Indonesia, Komisariat Wakaf USU yang kita percayakan untuk melakukan seleksi mahasiswa yang akan mendapatkan bantuan pembelajaran tahap akhir. Mahasiswa terpilih kami harap akan menjadi duta wakaf dan penerus yayasan agar tidak mati program ini dan terus berlanjut," tutur Ketua YIAK. Badan Wakaf Indonesia (BWI) sendiri memiliki program sosialisasi, literasi dan edukasi untuk menjelaskan prosedur wakaf, bahkan ada juga program bernamakan Wakaf Goes to Campus yang diharapkan oleh Ir. Hasrul Hasan M.M selaku pengurus BWI Sumut agar dapat dikolaborasikan dengan USU. Mahasiswa dapat menjadi motor penggerak yang dapat mensosialisasikan literasi mengenai wakaf serta potensinya kepada masyarakat luas sehingga dapat berkembang di Indonesia. Hal ini mengingat dasar wakaf yang sangat kuat telah lama terbit yang tertuang pada UU No. 1 Tahun 2004 tentang wakaf.  Ketua IKA USU wilayah Jakarta dan sekitarnya, Marolop Nainggolan sepakat bahwasanya dengan program bantuan ini menjadi langkah awal yang sangat strategis menjadi salah satu cara USU mendapatkan Endownment Fund kedepannya dan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia dapat mengerahkan potensi untuk melakukan penggalangan wakaf yang nantinya dapat dipergunakan pada Endownment Fund. Direktur Direktorat Prestasi Mahasiswa dan Hubungan Kealumnian USU, Rahma Yurliani, S.Psi., M.Psi., juga mengharapkan kerja sama alumni yang kuat untuk dapat membantu proses pendidikan pada mahasiswa USU sehingga semakin banyak mahasiswa yang akan mendapatkan manfaat dari terselenggaranya kegiatan ini.  "Tahun 2023 sudah terlaksana program beasiswa YIAK ini, diharapkan untuk tahun ini semakin banyak alumni yang berwakaf agar adik-adik mahasiswa juga akan semakin banyak yang menerima bantuan dana pendidikan pula," tambah bu Rahma dalam wawancaranya. Harapan agar mahasiswa dapat menjadi kawah chandradimuka yang menjadi pilar generasi muda islam dituturkan oleh ⁠Ir. Azwar Lubis IPM. MK., selaku pengawas YIAK. Hal ini diperuntukkan agar regenerasi juga dapat dilakukan dengan baik dan berkelanjutan, termasuk menjalin hubungan kekeluargaan antara alumni dan mahasiswa.  Kriteria penerima beasiswa antara lain adalah mahasiswa yang sedang berada di semester 8 dengan IPK diatas 3 namun kedepannya akan didiskusikan lebih lanjut mengingat niat baik sebagai insan islam penerus wakaf menjadi kunci yang utama pada program ini. Mahasiswa yang berminat juga diharapkan mengisi Google Form berisikan identitas lalu kemudian akan mengikuti tahap wawancara dan seleksi membaca Al-Qur'an secara online. Akan ada 14 mahasiswa yang diterima dari seluruh fakultas di USU pada tahun ini. Author: Bambang Riyanto - HumasInterviewee: drg. Zulkifli Nasution M.Sc., CMC. - Ketua Pengurus YIAKPhotographer: Amri Simatupang - Humas

HUMAS USU - Membuka penerimaan beasiswa Bantuan Belajar Tahap Akhir tahun 2024 untuk mahasiswa tingkat akhir Universitas Sumatera Utara (USU), sosialisasi program Yayasan Izzatul Amaliyah Kamusu (YIAK) ini terselenggara di Digital Learning Centre Building, Kamis (20/06/2024).Program beasiswa wakaf harus menjadi sesuatu yang dapat menyemangati anak muda islam untuk mengembangkan wawasan mengenai wakaf kepada masyarakat dituturkan

YIAK Membuka Beasiswa untuk Mahasiswa Tingkat Akhir USU

Universitas

Bambang Riyanto

HUMAS USU - Universitas Sumatera Utara (USU) bersama Ketua Fraksi PAN DPR RI, Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A, melakukan audiensi bersama di Ruang Audiensi Rektor pada Senin, (09/10/2023). Sebagai negara besar yang jumlah penduduknya hingga saat ini lebih dari 273 juta, maka ketersediaan dokter di seluruh daerah harus tercukupi. Di Indonesia rasio kecukupan dokter di kota dengan di daerah-daerah terpencil saat ini sangat tidak seimbang. Oleh karena itu, pemberian beasiswa ini ditujukan kepada putra daerah setempat untuk menyeimbangkan rasio kebutuhan dokter di daerah terpencil. Wakil Rektor I, Dr. Edy Ikhsan, SH, MA, mengatakan program beasiswa ini memiliki gagasan yang positif terlebih tujuan utamanya adalah memastikan bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dapat kembali untuk berkontibusi ke daerah. Dr. Edy Ikhsan, SH, MA, juga mengatakan rencana ini harus dijalankan secara transparan dan bertanggung jawab agar kemudian menghasilkan anak-anak terbaik. “Gagasan atau rencana ini adalah suatu yang sangat positif sekali. Oleh karena itu, ini mau dikonkretisasi secepatnya. Tapi yang menarik bukan dalam konteks pemberian beasiswanya, tapi kemudian anak-anak ini bisa kembali ke daerahnya. Rencana ke depan bagaimana kemudian ada skema kerja sama yang dibangun harus kita pikirkan bentuknya, bagaimana pola dengan pemerintah daerah, sekolah, universitas, dan kementerian, supaya kemudian proses penerimaan itu bisa dijalankan secara lebih transparan, bertanggung jawab,” kata Dr. Edy Ikhsan, SH, MA. Program beasiswa yang digagas oleh Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A, sebagai alumni USU sendiri merupakan kontribusi serta contoh alumni yang kembali dan mendukung perkembangan USU. Oleh karena itu, Dr. Edy Ikhsan, SH, MA berharap agar semakin banyak alumni yang berperan aktif untuk USU, yang mana sejalan dengan tema yang ditekankan yakni USU Back Home. “Kita harapkan kita lebih banyak lagi alumni seperti Pak Saleh yang kan banyak sekali alumni-alumni yang sukses di luar. Ya kan tema yang dipakai sekarang kan back home, kembali ke rumah, lihat universitas lihat di mana tempat dulu sekolah do something better untuk USU dan bantulah USU karena USU tidak akan besar tanpa alumninya,” harap Dr. Edy Ikhsan, SH, MA. Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A, mengungkapkan bahwa sangat jarang dokter-dokter yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil. Oleh karena itu, dengan memberikan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi yang berasal dari daerah tersebut, diharapkan kembali dan bekerja di daerah asal mereka. Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A, menekankan pentingnya segera menerapkan rencana ini. Di samping itu, sebagai anggota DPR yang mewakili Sumatera Utara dan alumni USU, beliau merasa memiliki kewajiban untuk memajukan USU dan Sumatera Utara. “Kita memiliki daerah terpencil dimana dokter itu sangat jarang sekali mau ditempatkan di situ. Karena itu, salah satu solusi adalah dengan memberikan beasiswa kepada putra daerah setempat yang memang pintar. Jadi tidak pernah merasa keberatan untuk kembali ke daerah. Ini harus segera dilaksanakan. Saya sebagai anggota DPR mewakili Sumatera Utara alumni USU punya kewajiban membesarkan USU dan Sumatera Utara,” ujar Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A. Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A menyebutkan poin-poin yang terkandung di dalam kerja sama ini, yaitu beasiswa diberikan untuk mahasiswa S1 dan S2 FK USU dengan syarat bersedia ditempatkan di daerah yang ditentukan. Kemudian tidak hanya untuk mahasiswa, beasiswa juga melibatkan siswa-siswa dari SMA yang akan dibiayai studinya dengan mengikuti syarat tersebut. Lebih lanjut Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A berkomitmen mendukung pemenuhan peralatan yang dibutuhkan Rumah Sakit USU. “Mahasiswa yang sedang kuliah sekarang di sini yang butuh bantuan nanti kita kasih beasiswa, yang penting harus mau ditempatkan di daerahnya atau daerah yang ditentukan. Ada siswa siswi dari SMA yang ada di Sumatera Utara ini kita kerjasamakan dengan USU dan pemerintah daerah setempat dan Kemenkes. Setelah itu Rumah Sakit USU ini saya nanti sebagai alumni punya kewajiban bagaimana supaya dilengkapi kalau ada nanti alat yang kurang,” jelas Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A. Author: Bambang Riyanto - HumasInterviewee: Dr. Edy Ikhsan - WR 1 USUPhotographer: Amri Simatupang - Humas

HUMAS USU - Universitas Sumatera Utara (USU) bersama Ketua Fraksi PAN DPR RI, Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A, melakukan audiensi bersama di Ruang Audiensi Rektor pada Senin, (09/10/2023).Sebagai negara besar yang jumlah penduduknya hingga saat ini lebih dari 273 juta, maka ketersediaan dokter di seluruh daerah harus tercukupi. Di Indonesia rasio kecukupan

USU Terima Audiensi Ketua Fraksi PAN Bahasa Program Beasiswa

Rica Asrosa, S.Si, M.Sc, perempuan cantik yang dilahirkan di Lhokseumawe pada 3 Oktober 1996, mendapati dirinya sebagai seseorang dengan keberuntungan kerja keras from zero to hero. Rica adalah salah seorang dosen tetap yang mengajar mata kuliah Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Sumatera Utara. Rica menyelesaikan pendidikan magisternya dalam waktu dua tahun di University College London (UCL) jurusan Advanced Material Science dengan bekal beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ia juga berhasil lulus dan diterima sebagai awardee LPDP 2021, dan tengah menjalani pendidikan S3-nya di University College London (UCL) dari awal Januari 2022 lalu. Dosen muda ini tercatat sebelumnya sebagai salah seorang mahasiswi USU berprestasi. Ia pernah menciptakan alat pendeteksi diabetes melalui napas dengan sistem mobile yang sudah diuji klinis. Saat itu ia tergabung dalam TIM Micro Solar Matic (MSM) Departemen Fisika F-MIPA USU. Hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan di Jurnal Internasional Bereputasi Sensor and Actuators B. Nyaris Berhenti Kuliah Kecintaan Rica Asrosa terhadap dunia pendidikan begitu besar. Sejak dirinya duduk di bangku sekolah dasar, ia telah menyabet beragam prestasi. Meski demikian, perjalanan gadis penyuka warna pink dan cream ini dalam mencapai kesuksesan, ternyata tidak semulus yang dibayangkan orang-orang dan seindah foto-foto yang dibagikannya di akun galeri Instagram miliknya. “Saya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, ayah saya seorang anggota TNI-AD berpangkat sersan dan sudah pensiun. Sedangkan ibu saya bekerja di kantor pertanian di Kutacane. Saya lahir di Lhokseumawe, namun besar di Kutacane hingga SMP. Lalu merantau pertama kali saat melanjutkan SMA di Banda Aceh,” paparnya. Meskipun Rica dikenal sebagai gadis periang oleh teman-temannya, namun ternyata ia pernah juga mengalami fase terpuruk dan nyaris patah semangat. Saat itu, kondisi finansial keluarganya tengah menurun drastis. Banyak pengeluaran keluarga yang dipangkas, bahkan dihilangkan. Selama mengenyam pendidikan S1 di USU, ia juga harus berhemat dalam hal keuangan. Orangtua tidak mengirimi uang bulanan secara rutin. Melainkan berapa ada dan kapan adanya. Bahkan orang tuanya sempat terang-terangan meminta Rica untuk berhenti kuliah. Namun, Rica tetap teguh pada pendiriannya, demi mengejar impiannya. Ia membulatkan tekad untuk tetap melanjutkan kuliahnya di Universitas Sumatera Utara, meski belum tahu bagaimana caranya.Kisah sedih itu disembunyikannya dengan baik di balik senyuman. Akhirnya, ia berusaha mencari pekerjaan sampingan yang bisa membiayai kuliahnya. Pagi kuliah, siang jadi asisten peneliti, dan malam harinya ia mengajar les privat. Berkat usahanya dalam meneliti, ia telah berhasil mempublikasikan 4 paper, mendapatkan sertifikat paten dari hasil penelitiannya dan berkesempatan mengikuti beberapa konferensi internasional. “Saat hampir berhenti kuliah karena finansial keluarga yang memburuk. Itu merupakan titik terendah yang paling membuat saya patah semangat dalam hidup. Saya berinisiatif menawarkan diri membantu seorang dosen dalam me-review research paper, karena saya merasa punya kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik. Tidak disangka, malah inisiatif tersebut yang mengantarkan saya untuk bisa sampai di titik sekarang ini. Dalam hidup, saya percaya yang memiliki tanggung jawab sepenuhnya terhadap masa depan yang ingin dijalani adalah diri sendiri. Tidak ada orang yang bisa menolong kita kalau tidak dimulai dari diri sendiri,” paparnya. Memasuki semester ke-7, ia sudah mulai menyusun skripsi. Selama 3,5 tahun ia menjalani masa jatuh bangun untuk menyelesaikan kuliah. Tekadnya sekeras baja, pantang mundur sebelum menjadi sarjana. Dengan ketekunan dan semangat yang pantang menyerah, Rica berhasil lulus S1 dalam waktu 3,5 tahun dengan predikat Cum Laude. Ditempa Gelombang Cobaan Semula, Rica memutuskan ingin bekerja seusai menamatkan kuliahnya. Namun, dosennya mendorong Rica untuk melanjutkan studi S2 lewat beasiswa ke luar negeri. Rica pun tergoda. Akan tetapi, proses untuk mendapatkan beasiswa tersebut tak semudah yang dibayangkannya. Ia harus bekerja keras mencari biayanya. Antara lain dengan mengikuti penelitian dosen, mengajar les, dan bazar buku, yang antara lain hasilnya dipergunakan untuk biaya tes IELTS dan lainnya. Namun tak ada kerja keras yang sia-sia. Pada tahun 2019 Rica berhasil lolos seleksi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Ia diterima di salah satu kampus terbaik di dunia, University College London (UCL) jurusan Advanced Materials Science. Setelah menempuh studi S2 kurang dari dua tahun, Rica berhasil lulus dengan IPK tertinggi dan mendapat penghargaan Distinction (penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di kampus Inggris). Usai menyelesaikan S2, Rica ingin tinggal di London sambil mencari pekerjaan untuk persiapan S3, namun tidak diperbolehkan. "Udah dapat offer dari perusahaannya, tapi sayangnya dari LPDP tidak mengizinkan dan mengimbau untuk segera pulang karena saat itu COVID-19 sedang memburuk," kenang gadis cantik itu. Dengan sedikit berat hati, ia kembali ke Indonesia. Setibanya di tanah air, ia berjuang mencari pekerjaan dengan melamar ke beberapa universitas di Indonesia seperti Institut Teknologi Bandung hingga Universitas Indonesia. Nasib baik berpihak kepadanya. Universitas Sumatera Utara membuka kesempatan penerimaan dosen tetap. Mengingat ia juga salah seorang alumni dari perguruan tinggi tersebut, Rica pun mendaftarkan diri pada awal tahun 2021, hingga akhirnya diterima menjadi dosen tetap Universitas Sumatera Utara (USU) pada usia 24 tahun. Meskipun sudah bekerja sebagai dosen tetap, Rica tetap tidak melupakan cita-citanya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S3. Sembari mengajar, dia terus menjalin hubungan dengan teman-temannya di Inggris dan berkonsultasi dengan rekan kerjanya yang lebih senior di USU. Rica memutuskan untuk mendaftar LPDP di tahun 2021 dengan jurusan Advanced Material Science di University College London (UCL) dan diterima sebagai awardee LPDP. Rica berhasil lulus dan mulai menjalani S3-nya pada awal Januari 2022 dan akan memeroleh gelar Ph.D setelah lulus nantinya. “Hal yang paling berkesan di hidup saya adalah bisa melanjutkan studi S2 dan S3 di UCL London dengan beasiswa. Ini seperti miracle, keajaiban yang benar-benar tidak pernah dibayangkan sebelumnya bisa saya dapatkan, meskipun saya sangat menginginkannya,” ujar gadis penyuka lagu-lagu Taylor Swift ini. Motivasi terbesar Rica Asrosa menempuh semua ini tidak lain adalah untuk membahagiakan orang tua, serta untuk mengaplikasikan ilmu yang telah ia peroleh. “Saya semakin sadar, motivasi lain yang saya temukan adalah seperti yang dikatakan oleh Confucius bahwa “the essence of knowledge is, having it, to use it’’. Inilah yang akhirnya membuat saya selalu semangat belajar, terus berjuang untuk mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi ke luar negeri. Saya ingin memberikan dampak positif bagi orang lain,” tandasnya. (RJ)          Author: Renny Julia - Staf HumasInterviewee: Rica Asrosa - Dosen USUPhotographer: Istimewa - Istimewa

Rica Asrosa, S.Si, M.Sc, perempuan cantik yang dilahirkan di Lhokseumawe pada 3 Oktober 1996, mendapati dirinya sebagai seseorang dengan keberuntungan kerja keras from zero to hero.Rica adalah salah seorang dosen tetap yang mengajar mata kuliah Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Sumatera Utara. Rica menyelesaikan pendidikan magisternya dalam waktu dua tahun

Rica Asrosa: Pantang Mundur Meraih Impian

Berita Beasiswa

YIAK Membuka Beasiswa untuk Mahasiswa Tingkat Akhir USU

USU Terima Audiensi Ketua Fraksi PAN Bahasa Program Beasiswa

Rica Asrosa: Pantang Mundur Meraih Impian

Eksplor

Kategori

Fitur Aksesibilitas