A11Y

HOME

MENU

CARI

Ampas Kopi: Peluang Energi Biodisel

Diterbitkan PadaRabu, 29 Mei 2024
Diterbitkan OlehProf. Dr. Juliati Br. Tarigan S.Si., M.Si.
Thumbnail
WhatsappTwitterFacebook

"Kopi sejak lama telah menjadi komoditas penting dalam sejarah peradaban manusia. Ia telah menjelma dari minuman kalangan bangsawan hingga dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Kopi juga sering menjadi media untuk memulai negosiasi, penawar untuk kantuk, bahkan menjadi kebanggaan dari beberapa daerah penghasil kopi. Tidak mengherankan jika konsumsi kopi di seluruh dunia sangat tinggi. Namun, fakta ini tidak diikuti dengan pemanfaatan ampas dan limbah kopi yang memadai."

Di balik setiap cangkir kopi, terdapat sisa ampas yang sering kali hanya berakhir di tempat sampah. Namun, tahukah kamu bahwa ampas kopi atau yang dikenal sebagai spent coffee grounds (SCG) ternyata dapat dijadikan sumber energi terbarukan? Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan metode inovatif yang mampu mengubah SCG menjadi biodiesel, menawarkan solusi ramah lingkungan sekaligus mengurangi limbah dan menciptakan energi terbarukan.

Berawal dari semakin tingginya permintaan akan energi terbarukan, muncul ide kreatif dari Ahli Kimia Universitas Sumatera Utara Indonesia, Prof. Juliati Br. Taringan. Keadaan cadangan bahan bakar fosil tak terbarukan semakin menipis, serta kepedulian terhadap lingkungan juga semakin meningkat. Sementara itu, konsumsi kopi terus meningkat yang turut meningkatkan jumlah ampas kopi yang dihasilkan. Menurutnya, ampas ini bisa diolah menjadi sumber energi yang berharga daripada dibuang begitu saja.

“SCG memerlukan pengolahan limbah sebelum dibuang karena mengandung asam yang dapat mencemari lingkungan. Selain itu, jumlah SCG terus meningkat setiap tahunnya karena kopi merupakan minuman favorit di dunia dengan konsumsi 9,5 juta ton pada tahun 2016, di antaranya adalah kopi instan di mana setiap gram kopi dapat menghasilkan 0,65–0,91 gram SCG,” jelas Prof. Juliati Br. Taringan.

Bersama dengan Mimpin Ginting, Firman Sebayang, Eko K. Sitepu, Junedi Ginting (Universitas Sumatera Utara Indonesia), Siti Nurul Mubarokah (Universitas Islam Malang), Justaman Karo-Karo (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia), serta Trung T. Nguyen (Giang University, Vietnam), penelitian ini mengajukan biodiesel sebagai salah satu solusi yang dapat digunakan langsung pada mesin diesel tanpa perlu modifikasi. Namun, tantangan utama dalam produksi biodiesel adalah biaya pengolahan yang tinggi.

Dalam penelitiannya, mereka membuktikan bahwa ampas kopi yang basah bisa diubah langsung menjadi biodiesel melalui proses yang efisien dan ramah lingkungan dengan metode transesterifikasi in situ. Proses ini melibatkan reaksi kimia asam lemak yang diubah menjadi ester metil asam lemak (fatty acid methyl esters atau FAME). FAME merupakan komponen utama biodiesel. Proses ini dipantau dengan teliti menggunakan teknik spektroskopi seperti FT-IR dan 1H-NMR, memastikan konversi yang efisien dan kualitas produk yang tinggi.

Ekstraksi lipid dalam Reactive Extraction Soxhlet (RES) digunakan untuk menghasilkan biodiesel dari biomassa SCG yang basah. RES memungkinkan ekstraksi minyak secara efisien dari ampas kopi, bahkan dalam kondisi basah, yang biasanya menjadi tantangan dalam proses ekstraksi tradisional. Penggunaan waktu dan energi dalam metode RES pun diketahui lebih rendah dibandingkan dengan metode dua tahap (ekstraksi dan transesterifikasi terpisah). Hasilnya diperoleh SCG yang mengandung sekitar 12% minyak dalam bentuk materi keringnya.

“Metode RES tidak hanya lebih hemat energi, tetapi juga hemat waktu, karena tidak memerlukan proses pengeringan konvensional yang memerlukan waktu tiga hari di bawah sinar matahari dan satu malam menggunakan oven udara panas pada suhu 105°C,” kata Prof. Juliati Br. Taringan.

Dalam waktu reaksi minimum 30 menit, mereka menemukan proses transesterifikasi ini berhasil mengonversi asam lemak dalam SCG menjadi biodiesel dengan efisiensi yang tinggi. Dominasi asam palmitat dan asam linoleat dalam profil asam lemak SCG membuatnya sangat cocok untuk produksi biodiesel, karena kedua asam lemak ini menghasilkan FAME yang stabil dan efisien sebagai bahan bakar.

Menurut Prof. Juliati Br. Taringan, mengubah ampas kopi menjadi biodiesel tidak hanya menawarkan solusi bagi limbah kopi yang melimpah, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. “Ini adalah langkah penting menuju ekonomi sirkular, di mana limbah diubah menjadi produk yang berguna, mengurangi dampak lingkungan secara signifikan,” lanjutnya.

Inovasi ini membawa harapan besar. Perjalanan ampas kopi menjadi biodiesel adalah bukti bahwa dari secangkir kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang bersih. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan dan keberlanjutan, inovasi seperti ini akan semakin penting dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau.

Artikel
Artikel Penelitian

Detail Paper

JurnalRSC Advances
JudulDirect biodiesel production from wet spent coffee grounds
PenulisJuliati Br. Tarigan, Mimpin Ginting, Siti Nurul Mubarokah, Firman Sebayang, Justaman Karo-karo, Trung T. Nguyen, Junedi Ginting, Eko K. Sitepu
Afiliasi Penulis
  1. Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia. E-mail: juliati@usu.ac.id
  2. Medical Faculty, University of Islam Malang, Malang 65144, Indonesia
  3. Balai Riset dan Standarisasi Industri, Kementerian Perindustrian, Medan 20214, Indonesia
  4. Department of Food Technology, An Giang University, Long Xuyen City, Vietnam
  5. Department of Medical Biotechnology, Flinders University, Bedford Park 5043, Adelaid, South Australia
  6. Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?