A11Y

HOME

MENU

CARI

Bumbu Dapur, Keajaiban untuk Imunitas Tubuh

Diterbitkan PadaSelasa, 16 Juli 2024
Diterbitkan OlehYuandani S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt.
Thumbnail
WhatsappTwitterFacebook

""Pengobatan terkait gangguan imun yang sudah ada saat ini sebenearnya sudah ada, tetapi masih sangat banyak efek sampingnya. Maka dari itu, kami menemukan salah satu sumber potensi dari tumbuhan genus curcuma yang dapat memodulasi fungsi kekebalan tubuh,” jelas Yuandani, Ph.D."

Tubuh manusia memiliki mekanisme perlindungan yang luar biasa. Sistem kekebalan tubuh menjadi salah satu anugerah yang dimiliki manusia untuk bertahan di lingkungan saat ini. Meski telah melalui banyak tantangan seperti wabah pandemi, bencana alam, hingga ancaman senjata kimia, manusia tetap mampu bertahan dengan serangkaian mekanisme perlindungan diri yang memukau. Kemampuan beradaptasi dan kecepatan untuk pemulihan kembali menjadi salah satu keunggulan manusia dibandingkan makhluk hidup lainnya.

Berbicara mengenai sistem kekebalan tubuh, mekanisme ini dapat melindungi tubuh dari patogen seperti bakteri dan virus melalui dua jenis imunitas, yaitu bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan adalah sistem pertahanan pertama yang bekerja cepat menggunakan sel darah putih seperti neutrofil, makrofag, dan sel dendritik.

“Manusia sejatinya memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, tetapi apabila terjadi malfungsi pada sistem imun, akan ada berbagai gangguan, seperti miastenia gravis, diabetes tipe 1 (T1D), lupus eritematosus sistemik, penyakit Graves, penyakit celiac, anemia pernisiosa, artritis reumatoid, dan multiple sclerosis. Namun, sistem imun juga tidak boleh terlalu aktif, ia harus tetap bekerja sewajarnya. Jika terlalu aktif, akan ada gangguan yang kita sebut dengan hipersensitivitas,” sebut Ahli Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU), Yuandani, Ph.D.

Banyak sekali penyakit yang hadir akibat dari adanya gangguan pada sistem imun manusia, salah satunya adalah Crohn disease atau peradangan pada lapisan dinding sistem pencernaan. “Crohn disease merupakan penyakit yang menyerang usus kecil yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang banyak menyerang masyarakat,” ungkap Yuandani, Ph.D.

Berdasarkan data yang ada, Crohn disease menyerang 1 dari 133 orang di Amerika Serikat. Sedangkan di negara-negara Asia, penyakit ini menunjukkan peningkatan risiko yang cukup tinggi. Oleh karena itu, modulasi respons imun diperlukan dalam pengelolaan dan pengobatan penyakit akibat disfungsi sistem imun. Yuandani, Ph.D., bersama ahli farmasi lainnya dari USU, Ade Sri Rohani dan Imam Bagus Sumantri, serta Ibrahim Jantan dari Universiti Kebangsaan Malaysia bekerja sama melakukan penelitian terkait hal tersebut.

Pengobatan penyakit inflamasi dan gangguan imun melibatkan imunomodulasi, yaitu proses memodifikasi respons imun dengan obat-obatan seperti prednison, hidrokortison, dan deksametason. Namun, obat-obatan ini sering memiliki efek samping. Oleh karena itu, diperlukan alternatif yang lebih aman dan efektif, seperti produk alami yang memiliki potensi sebagai agen anti-inflamasi.

“Pengobatan terkait gangguan imun yang sudah ada saat ini sebenarnya sudah ada, tetapi masih sangat banyak efek sampingnya. Maka dari itu, kami menemukan salah satu sumber potensi dari tumbuhan genus Curcuma yang dapat memodulasi fungsi kekebalan tubuh,” jelas Yuandani, Ph.D.

Curcuma adalah salah satu tumbuhan terbesar yang termasuk dalam keluarga Zingiberaceae dengan sekitar 100 spesies, tersebar luas di Asia tropis hingga Australia. Nama “curcuma” berasal dari bahasa Arab “kurkum” yang memiliki arti warna kuning. Jaringan akar pada tanaman ini banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, rempah, pewarna, kosmetik, dan wewangian. Beberapa spesies yang terkenal di antaranya kunyit (C. longa), temulawak (C. zanthorrhiza), dan jahe mangga (C. amada).

Tanaman dari genus Curcuma dikenal karena kandungan fitokimia dan manfaat kesehatannya yang luar biasa. Beberapa penelitian telah menemukan berbagai senyawa kimia dalam tanaman ini, seperti terpenoid, flavonoid, dan polifenol. Rimpang Curcuma longa misalnya, mengandung lebih dari 235 senyawa termasuk kurkuminoid yang sebagian besar adalah kurkumin, serta berbagai jenis terpenoid.

“Saat ini, potensi tumbuhan dari genus Curcuma sangat besar sebagai imunomodulator dalam penyembuhan penyakit sistem kekebalan tubuh atau gangguan imun. Selain berpotensi sangat besar, tumbuhan ini juga sangat banyak kita jumpai di sekitar kita. Bahkan sering sekali menjadi bumbu dapur seperti kunyit, temulawak, jahe, dan lainnya,” kata Yuandani, Ph.D.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa “keajaiban” yang terkandung dalam tumbuhan yang sering kita temukan. Curcuma longa atau kunyit menunjukkan manfaatnya dalam mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan berbagai cara. Ekstrak kunyit telah menunjukkan kemampuan untuk melindungi hati dari cedera akut dan meningkatkan respons imun terhadap infeksi. Penggunaan kunyit juga telah dieksplorasi dalam meningkatkan pertahanan inang pada ikan dan ayam, menunjukkan peningkatan pada aktivitas seluler dan humoral.

Sementara itu, Curcuma zanthorrhiza atau juga dikenal sebagai temulawak memiliki efek positif terhadap sistem kekebalan tubuh manusia. Ekstraknya telah terbukti mengurangi pembentukan radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh dalam penelitian laboratorium. Temulawak juga menghambat pelepasan zat-zat inflamasi dari sel-sel darah putih, serta mengurangi pergerakan sel-sel peradangan. Di samping itu, ekstrak temulawak dapat menekan reaksi inflamasi dalam berbagai kondisi, seperti pada tikus dengan diet tinggi kolesterol dan hepatitis alkohol. Temulawak dapat mempengaruhi berbagai parameter imun dalam tubuh manusia, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya secara menyeluruh.

Tumbuhan jahe mangga (Curcuma amada Roxb.) juga menghasilkan ekstrak yang menunjukkan potensi sebagai agen imunomodulator. Ekstrak etanol dari temulawak meningkatkan aktivitas fagositosis oleh sel PMN dan menunjukkan stimulasi tertinggi pada konsentrasi 3 mg/ml. Ekstrak tumbuhan ini meningkatkan respons hipersensitivitas dan titer antibodi dalam dosis tertentu. Secara khusus, ekstrak CO2 superkritis dari temulawak dapat digunakan untuk mengobati gangguan imunitas seperti alergi dan penyakit autoimun. Temulawak juga digunakan dalam kombinasi dengan tanaman lain untuk mengatasi alergi.

Sedangkan tanaman temu hitam (Curcuma aeruginosa) memiliki potensi untuk mengatur respons kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian, ekstrak metanolnya menunjukkan kemampuan untuk menghambat beberapa fungsi sel fagosit, yang berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi. Selain itu, ekstrak ini juga dapat menghambat produksi reaktif oksigen (ROS) dari sel PMN dan makrofag yang membantu mengurangi stres oksidatif dalam tubuh. Temu putih atau Curcuma zedoaria memiliki kemampuan untuk memodulasi sistem kekebalan tubuh yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak temu putih dapat mempengaruhi perkembangan tumor dan respons imun pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus.

Tumbuhan temu mangga atau Curcuma mangga juga memiliki efek positif terhadap sistem kekebalan tubuh, seperti mengurangi produksi senyawa yang berperan dalam peradangan. Ekstrak dari tumbuhan ini, khususnya fraksi kloroform, heksana, dan etil asetatnya, terbukti mampu menghambat NO dari sel yang diinduksi LPS. Selain itu, ekstrak metanol dari rimpang Curcuma mangga menunjukkan aktivitas penghambatan yang kuat terhadap radikal oksigen (ROS) pada sel-sel peritoneum dan makrofag. Pada hewan percobaan, seperti tikus, ekstrak ini juga menunjukkan efek anti-inflamasi dan analgesik yang signifikan. Namun, efeknya dapat bervariasi tergantung pada dosis, metode ekstraksi, dan kondisi percobaan yang digunakan.

“Penelitian yang lebih mendalam termasuk bioavailabilitas yang rumit, farmakokinetik praklinis, dan studi toksisitas diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari dan tingkat keamanan terkait penggunaan Curcuma sebagai imunomodulator sebelum uji klinis dapat dilakukan untuk pengembangan agen imunomodulator yang kuat dan aman,” pungkas Yuandani, Ph.D.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa tumbuhan dari genus Curcuma memiliki potensi besar sebagai imunomodulator dalam mengatasi gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Meskipun demikian, dari setiap penelitian pada beberapa jenis tumbuhan, masih banyak kekurangan dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Artikel
SDGs
Artikel Penelitian
SDGs 3

Detail Paper

JurnalFrontiers in Pharmacology
JudulImmunomodulatory Effects and Mechanisms of Curcuma Species and Their Bioactive Compounds: A Review
PenulisYuandani, Ibrahim Jantan, Ade Sri Rohani, Imam Bagus Sumantri
Afiliasi Penulis
  1. Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
  2. Institute of Systems Biology, Universiti Kebangsaan Malaysia, Selangor, Malaysia
  3. Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?