A11Y

HOME

MENU

CARI

Kayu Briket: Mengubah Cabang Mangrove menjadi Energi Terbarukan

Diterbitkan Pada22 November 2024
Diterbitkan OlehDavid Kevin Handel Hutabarat
Kayu Briket: Mengubah Cabang Mangrove menjadi Energi Terbarukan
Copy Link
IconIconIcon

Kayu Briket: Mengubah Cabang Mangrove menjadi Energi Terbarukan

 

Diterbitkan oleh

Jumat, 22 November 2024

Diterbitkan pada

David Kevin Handel Hutabarat

Logo
Download

Inovasi briket kayu dari cabang mangrove menawarkan bahan bakar ramah lingkungan dan mendukung kelestarian ekosistem. Solusi ini mampu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berpotensi menjadi produk ekspor bernilai tinggi.

Pada ekosistem mangrove, cabang-cabang kecil yang tumbuh di sepanjang pantai sering diabaikan. Padahal, potongan kayu tersebut bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Bayangkan saja jika sumber energi di rumah Anda berasal dari potongan cabang mangrove, bukan dari batang utamanya. Energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan membantu menjaga kelestarian ekosistem dapat tercipta.

Di tengah tantangan global dalam menemukan energi terbarukan, para peneliti dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yakni Hardiansyah Tambunan, Arif Nuryawan, Apri Heri Iswanto, Iwan Risnasari, Prof. Mohammad Basyuni, dan Widya Fatriasari, telah menemukan solusi yang memanfaatkan kekayaan alam setempat. Dengan menggunakan cabang dari tiga spesies mangrove, yakni Bruguiera sexangula (mata buaya), Excoecaria agallocha (buta-buta), dan Rhizophora apiculata (bakau minyak), penelitian ini menghasilkan briket kayu berbentuk silinder berukuran 3 x 4 cm.

Melalui riset cerdas, mereka mengolah cabang dari tiga spesies mangrove yang melimpah di pesisir Sumatra Utara menjadi briket kayu. Proses ini tidak hanya menawarkan bahan bakar yang efisien, tetapi juga menjaga kelestarian hutan mangrove yang selama ini berperan penting sebagai penjaga garis pantai dan penyerap karbon. Selain itu, mereka juga menggunakan perekat alami yang aman dan mudah ditemukan untuk mengikat partikel kayu menjadi padat.

“Hasil penelitian ini menarik perhatian, ya, di mana dalam pengujian, briket yang dibuat dari Bruguiera sexangula dengan perekat tepung kentang ternyata memiliki kualitas yang paling unggul. Briket ini lebih padat, memiliki kandungan karbon tetap yang tinggi, serta menghasilkan panas yang lebih besar,” ujar Hardiansyah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisik briket seperti kadar air, kandungan abu, dan nilai kalor sebagian besar sesuai dengan standar ISO 17225-3:2020 dan standar Grade A2 dari Korea Forest Research Institute (KFRI). Namun, densitas briket tidak memenuhi standar tersebut. Briket kayu dari spesies mata buaya umumnya memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan briket dari spesies buta-buta dan bakau minyak, terutama saat menggunakan perekat pati kentang.

Penelitian ini juga menemukan bahwa interaksi antara spesies kayu mangrove dan jenis perekat pati memiliki efek signifikan pada beberapa sifat briket, seperti kadar air dan kandungan abu. Namun, hal itu tidak berpengaruh pada kandungan zat mudah menguap dan nilai kalor. Briket dengan kadar air rendah, seperti yang dihasilkan oleh buta-buta dengan perekat pati jagung, lebih mudah terbakar dan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi, yang penting untuk penggunaan sebagai bahan bakar.

Pemanfaatan briket kayu dari cabang mangrove memberikan alternatif energi ramah lingkungan yang dapat diproduksi secara murah dan mudah. Selain itu, pemanfaatan kayu cabang mangrove untuk briket juga mendukung pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan dengan tetap menjaga fungsi ekologis hutan tersebut.

Namun, terdapat satu tantangan yang belum terpecahkan dalam penelitian ini: kepadatan. Meskipun memenuhi standar internasional untuk kelembapan, kandungan abu, dan nilai kalori, kepadatan briket ini masih di bawah standar karena tekanan saat proses produksi dianggap kurang optimal.

“Hal ini menjadi tantangan bagi kami, para peneliti. Nantinya, dengan memperbaiki teknik press (tekanan), kami bisa meningkatkan kualitas briket lebih jauh lagi. Upaya tersebut tentu memberikan harapan bahwa briket kayu dari mangrove bisa menjadi sumber energi alternatif yang lebih efisien di masa depan,” tambah Hardiansyah.

Selain itu, penggunaan cabang mangrove sebagai bahan dasar briket juga menawarkan manfaat ekologis. Daripada menebang batang utama yang bisa merusak ekosistem mangrove, pemanfaatan cabang yang dipotong secara berkelanjutan dapat menjaga kelestarian hutan mangrove, yang memainkan peran penting dalam perlindungan pantai dan penyimpanan karbon.

Inovasi briket mangrove menegaskan kembali pentingnya energi terbarukan. Dengan potensi besar mangrove yang melimpah di Indonesia, pemanfaatan sumber daya lokal ini bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Bahkan jika dikembangkan lebih lanjut, briket ini dapat menjadi produk ekspor bernilai tinggi, mendukung perekonomian lokal, dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Dengan segala potensinya, briket kayu dari cabang mangrove adalah salah satu langkah kecil yang bisa membawa dampak besar. Di era perubahan iklim dan ancaman krisis energi, inisiatif seperti ini adalah harapan bagi masa depan energi terbarukan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Kesimpulannya, penelitian lanjutan diperlukan untuk mengoptimalkan tekanan pengepresan guna meningkatkan densitas briket kayu.

Artikel
SDGs
Artikel Penelitian
SDGs 7
SDGs 9

Detail Paper

JurnalMaterials
JudulBriquettes Made of Branches Wood of Three Mangrove Species Bonded by Starch Adhesive
PenulisHardiansyah Tambunan (1), Arif Nuryawan (1,2), Apri Heri Iswanto (1,2), Iwan Risnasari (1,2), Mohammad Basyuni (1,2) , Widya Fatriasari (3)
Afiliasi Penulis
  1. Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jalan Lingkar Kampus USU, Kampus 2 USU Bekala, Simalingkar A, Pancur Batu, Deli Serdang 20353, Indonesia
  2. Pusat Unggulan Iptek (PUI) Mangrove, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
  3. Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong, Bogor 16911, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?