A11Y

HOME

MENU

CARI

Pengelolaan Limbah: Menjaga Asa Kota Medan yang Asri

Diterbitkan PadaRabu, 29 Mei 2024
Diterbitkan OlehDr.Eng. Ir. Hafizhul Khair AM S.T., M.T.
Thumbnail
WhatsappTwitterFacebook

"Kota Medan, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan signifikan dalam pengelolaan limbah. Sistem pengelolaan limbah yang belum efektif, pertumbuhan ekonomi yang pesat, karakteristik limbah yang beragam, dan gaya hidup berkontribusi terhadap masalah lingkungan yang kompleks. Dengan populasi mencapai 2,4 juta penduduk dan pertumbuhan 0,89% per tahun (data tahun 2015), Kota Medan menghasilkan jumlah limbah yang tidak sedikit. Selain itu, Kota Medan menjadi tujuan urbanisasi oleh masyarakat di Pulau Sumatera."

Limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga dan aktivitas lainnya belum diolah dengan baik dan benar. Hal ini memicu berbagai masalah lingkungan seperti pencemaran air, tanah, dan udara. Kurangnya infrastruktur, teknologi, dan sumber daya manusia menjadi faktor utama yang menghambat efektivitas sistem pengelolaan limbah. Padahal, Kota Medan berupaya mensukseskan program Indonesia Bebas Sampah 2020.

Dr. Hafizul Khair, Ahli Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara, bersama dengan Indriyani Rachman dan Toru Matsumoto dari University of Kitakyushu, Jepang, menganalisis fenomena ini. Mereka melakukan pemetaan untuk memperoleh data kuantitas dan komposisi limbah rumah tangga (Household Waste). Data ini kemudian dianalisis dengan kondisi geografis serta pendapatan masyarakatnya.

“Pembuangan limbah di Kota Medan belum dikelola dengan baik. Meskipun Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan mengumpulkan sampah tiap hari dan mengklaim 80% area telah dijangkau, namun hal ini belum mengurangi kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai atau lahan kosong,” kata Dr. Hafizul Khair.

Dalam manajemen limbah, Pemerintah Kota Medan membagi tanggung jawab pada perangkat daerah dan kecamatan. Setiap kecamatan memiliki satu kendaraan untuk mobilisasi sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun yang dikelola Pemerintah Kota Medan. Namun, sampah ini tidak melewati proses sortir melainkan hanya ditumpuk tanpa adanya perlakuan.

“Data yang diperoleh pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sampah yang masuk ke TPA ini sebanyak 1.600 ton setiap hari, dan meningkat di tahun 2017 menjadi 2.000 ton per hari. Tumpukan ini mengundang kehadiran pemulung yang memanfaatkannya dengan menjual sampah yang bisa diolah ke penadah,” jelasnya.

Dr. Hafizul Khair dan tim melakukan penelitian pada 424 sampel rumah tangga yang tersebar di 8 dari 21 kecamatan di Kota Medan. Sampel dibagi sesuai dengan pendapatan yaitu pendapatan tinggi, sedang, dan rendah. Analisis komposisi sampah menggunakan SNI 19-3964-1994 sebagai referensi. Diperoleh 2.956,77 kg limbah rumah tangga sebagai bahan analisis.

Mereka menemukan hasil perkiraan sampah rumah tangga harian di Kota Medan berkisar pada rata-rata 0,222 kg/orang/hari. Sampah organik yang terdiri dari sisa makanan merupakan fraksi yang paling signifikan, yaitu 61,35% dari total berat. Sampah plastik, yang terdiri dari plastik tas belanja, pembungkus, botol, serta mainan, berjumlah 17,55% dari total berat. Sementara sampah kertas berjumlah 8,20%. Sampah lainnya yang terdiri dari kulit, kayu, kain, karet, serta kaca berjumlah 12,90% dari total berat.

Timbulan sampah rumah tangga di setiap lokasi secara statistik pun berbeda. Meskipun sampah organik tetap mendominasi, daerah yang berlokasi 0-5 km dari pusat kota, misalnya, juga dipenuhi sampah yang berasal dari kertas atau plastik pembungkus makanan cepat saji. Sementara itu, level pendapatan penduduk menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap perbedaan sampah yang dihasilkan.

“Berdasarkan data yang diperoleh, sampah rumah tangga menyumbang sepertiga dari jumlah sampah yang dibuang ke TPA setiap harinya. Sebagian besar sampah dari rumah tangga di Kota Medan merupakan sampah yang dapat dikomposkan, yaitu sebanyak 61,35%, diikuti oleh sampah yang dapat didaur ulang sebanyak 28,70%,” jelas Dr. Hafizul Khair.

Jumlah penumpukan sampah yang kian meningkat setiap tahunnya berpotensi membuat TPA Terjun penuh semakin cepat. Di sisi lain, pemerintah akan kesulitan menemukan lahan baru untuk dijadikan TPA. Salah satu kampanye yang sedang digalakkan adalah konsep 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Pemerintah mengupayakan adanya daur ulang pada sampah sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai aktivitas.

Dr. Hafizul Khair juga menjelaskan jika pemerintah dapat mengedepankan program Bank Sampah. Masyarakat diajak untuk berkontribusi dalam mengelola sampah mereka. Masyarakat yang mampu mengelola sampah menjadi bahan berguna dan bernilai akan mendapatkan uang sebagai gantinya. Hal ini didasari jumlah sampah yang dapat didaur ulang atau dikomposkan mencapai 91,69%. Namun, Bank Sampah ini belum dikelola secara formal di Kota Medan, melainkan dikelola oleh swasta. Hingga tahun 2017, terdapat 97 Bank Sampah dan hanya 13 Bank Sampah yang tergolong kategori baik.

“Pemerintah harus segera memastikan pengelolaan sampah dengan baik untuk menciptakan lingkungan yang asri. Bank Sampah harus dibangun dengan infrastruktur dan teknologi yang memadai untuk mengolah limbah secara efektif. Melalui langkah-langkah yang tepat, Kota Medan dapat mengatasi masalah pengelolaan limbah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakatnya,” katanya.

Dr. Hafizul Khair juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di samping pemenuhan aspek teknis. Masyarakat harus diedukasi untuk mengurangi dan memilah sampah dari rumah mereka. Karena menurutnya, manajemen limbah dapat efektif jika diawali dari sumbernya.

Artikel
Artikel Penelitian

Detail Paper

Jurnal Journal of Material Cycles and Waste Management
JudulAnalyzing Household Waste Generation and Its Composition to Espand the Solid Waste Bank Program in Indonesia: a Case Study of Medan City
PenulisHafizhul Khair, Indriyani Rachman, Toru Matsumoto
Afiliasi Penulis
  1. Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara, 20155, Indonesia
  2. Graduate Programs in Environmental Systems, Graduate School of Enviromental Engineering, The University of Kitakyushu, 1-1 Hibikino, Wakamatsu-ku, Kitakyushu, Fukuoka 808-0135, Japan

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?