USU Berpartisipasi dalam 7th World One Health Congress
USU Berpartisipasi dalam 7th World One Health Congress
Diterbitkan oleh
Kamis, 10 November 2022
Diterbitkan pada
Bambang Riyanto
"Partisipasi USU di dalam kegiatan-kegiatan berskala internasional merupakan bagian dari komitmen USU untuk menjadi kampus top dunia. Kegiatan 7th World One Helath Congress ini merupakan acara bergengsi yang melibatkan kampus-kampus level tinggi, sehingga partisipasi USU di kegiatan ini sangat baik untuk meningkatkan reputasi kita," ujar rektor.
HUMAS USU - Universitas Sumatera Utara (USU) semakin memantapkan posisinya di kancah pendidikan internasional. Baru-baru ini, USU berpartisipasi dalam 7th World One Health Congress di Sands Expo & Convention Centre, Singapura yang diwakili Wakil Dekan Fakultas Kedokteran USU dr Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked.Ped), Sp.A, Ph.D.
Rektor USU Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, mengapresiasi keterlibatan Wakil Dekan FK USU yang memberikan pemaparan di event internasional tersebut. Menurutnya partisipasi tersebut akan membantu meningkatkan brand awareness USU di masyarakat internasional.
"Partisipasi USU di dalam kegiatan-kegiatan berskala internasional merupakan bagian dari komitmen USU untuk menjadi kampus top dunia. Kegiatan 7th World One Helath Congress ini merupakan acara bergengsi yang melibatkan kampus-kampus level tinggi, sehingga partisipasi USU di kegiatan ini sangat baik untuk meningkatkan reputasi kita," ujar rektor.
Rektor berharap kegiatan-kegiatan skala internasional ke depan lebih bisa ditingkatkan. Internasionalisasi merupakan fokus USU dalam kurun lima tahun ke depan, sehingga USU harus terus berpacu untuk terus menjadi yang terbaik di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran USU dr Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked.Ped), Sp.A, Ph.D., dalam pemaparannya di sesi Temasek Foundation Pinnacle Series di Sans Expo & Convention Centre, Singapura mengungkapkan bahwa laju deforasti akibat maraknya alih fungsi lahan berpotensi meningkatkan penularan penyakit malaria dari hewan ke manusia di Asia Tenggara.
"Pola alih fungsi lahan oleh manusia, termasuk perluasan agrikultur dan deforasti, ditengarai menjadi pendorong utama di balik penyebaran malaria zoonosis (dari hewan ke manusia) yang relatif baru dan tengah berlangsung di Asia Tenggara," tegasnya.
Dokter Inke sendiri menyimpulkan hal tersebut setelah bersama Tim FK USU melakukan penelitian terhadap Parasit Plasmodium Knowlesi di Antara Pekerja Pekerbunan Sawit di Langkat, Sumut, pada Juli-Agustus 2022 dengan menggandeng Menzies School of Health Research Australia.
Plasmodium knowlesi sendiri adalah salah satu parasit penyebab penyakit malaria, yang secara alami menginfeksi kera ekor panjang dan ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk kelompok Anopheline.
Dalam penelitiannya, dr Inke menemukan bahwa pekerja pekebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat kerap melihat keberadaan kera ekor panjang tetapi mengabaikan perlindungan terhadap nyamuk yang berpotensi mentransmisikan parasit plasmodium knowlesi yang merupakan penyebab penyakit malaria. Malaria yang diakibatkan plasmodium knowlesi diketahui pernah menjadi endemi di wilayah Sabah dan Serawak, Malaysia, sejak 2004.
Author: Bambang Riyanto - Humas
Interviewee: Dr. Muryanto Amin - Rektor USU
Photographer: Humas - Humas