Guru Besar USU Ubah Limbah Kulit Udang Jadi Bahan Face Serum
Ketertarikannya meneliti dan mengolah limbah chitosan bermula pada tahun 1987 saat melanjutkan pendidikan magisternya di Universitas Kebangsaan Malaysia. Saat itu, Guru Besar FMIPA USU ini melakukan penelitian menggunakan bahan-bahan kimia aromatik. Menurutnya, Chitosan memiliki banyak potensi.
HUMAS USU - Selama ini, kulit udang sering kali dianggap sebagai limbah, tetapi di tangan Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Dr. Harry Agusna, MSc, M.Phill kulit udang bukan sekadar limbah melainkan sesuatu yang dapat diolah menjadi senyawa Chitosan.
Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phil, seorang Guru Besar dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, berhasil membuat chitosan kulit udang menjadi sejumlah produk bermanfaat yang lekat penggunaannya dalam aktivitas sehari-hari.
Prof. Harry Agusnar memanfaatkan Chitosan kulit udang itu sebagai bahan utama membuat handboy lotion, hand sanitizer, chitosan paper soap, dan yang belum lama ini face serum dari chitosan dengan klaim anti-aging (anti penuaan).
Ketertarikannya meneliti dan mengolah limbah chitosan bermula pada tahun 1987 saat melanjutkan pendidikan magisternya di Universitas Kebangsaan Malaysia. Saat itu, Guru Besar FMIPA USU ini melakukan penelitian menggunakan bahan-bahan kimia aromatik. Menurutnya, Chitosan memiliki banyak potensi.
“Jadi saya mencoba kepada bahan-bahan kimia aromatic sehingga bisa dipisahkan senyawa dari c6 - c10. Inilah yang menyebabkan tertariknya kita melakukan penelitian,” katanya saat ditemui di rumahnya, Rabu (07/06).
Awalnya, keluarga Prof. Harry sempat skeptis terhadap potensi yang dimiliki kulit udang, tetapi setelah diaplikasikan, produk penelitian tersebut menarik perhatian keluarganya.
Proses memproduksi chitosan terbilang sederhana. Prof Harry menjelaskan mulanya udang sudah dipisahkan dari kulitnya, kemudian kulit tersebut disimpan untuk dikeringkan atau langsung direndam di air basa untuk menghilangkan bau.
“Jangan dimasak (kulit udang) karena bisa merusak (menghilangkan senyawa). Saya hanya merendam saja dan jadilah bahan tadi,” jelasnya.
Lebih lanjut terangnya, untuk menetralkan bau, protein dan mineral yang terkandung dalam kulit udang dibuang terlebih dahulu.
Sejauh ini produk-produk yang telah diproduksi oleh Prof. Harry mendapat sambutan yang baik dari banyak pihak. Salah duanya produk Kitosan Hand Sanitizer dan Chitosan Paper Soap yang diberikan dan digunakan masyarakat saat Pandemi Covid-19 mewabah. Beliau membuat terobosan hand sanitizer bebas alkohol dari chitosan tersebut.
Sayangnya, produk-produk tersebut belum diedarkan di publik karena masih memenuhi beberapa persyaratan agar dapat disebarluaskan, salah satunya harus memiliki perusahaan. Karena itu, Prof. Harry berharap agar universitas dapat antusias membantu proses pengedaran produk agar dapat digunakan oleh masyarakat luas.
Kabarnya, Prof. Harry masih akan memiliki 4 produk yang akan diperkenalkan yaitu, hair tonic dari chitosan, shampoo, conditioner, hingga benang dari chitosan.
“Saya membuat produk yang saya hasilkan itu dan ini akan ada datang 4 produk lagi hair tonic dari chitosan kemudian shampoo, conditioner dan satu lagi kerja sama, kita buat benang. Kita mengharapkan universitas dapat antusias lah, membantu bagaimana supaya produk sudah ada bisa diedarkan bisa digunakan publik,” tutupnya.