A11Y

HOME

MENU

CARI

Darurat Mikropolutan: Bahaya dan Upaya Penanganannya

Diterbitkan PadaSelasa, 16 Juli 2024
Diterbitkan OlehDr. Marpongahtun M.Sc
Thumbnail
WhatsappTwitterFacebook

"Dr. Marpongahtun, M.Phil., bersama rekan-rekannya berhasil menunjukkan bahwa mikroalga memiliki kemampuan untuk menghilangkan atau melakukan biotransformasi berbagai EPs. Selain itu, teknologi pengolahan seperti proses oksidasi biologis, perubahan fase, dan lanjutan juga dikaji untuk menghilangkan EPs dari air."

Polutan yang muncul dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian besar bagi populasi global. Emerging pollutants (EPs) atau dikenal juga dengan sebutan mikropolutan, merupakan senyawa kimia yang diproduksi oleh berbagai sumber, baik sintetis maupun alami, yang ditemukan di berbagai tempat seperti air permukaan, sumber makanan, air limbah kota, air tanah, dan bahkan air minum.

EP adalah senyawa kimia yang umum ditemukan di lingkungan, terutama di tanah dan perairan. Namun, baru-baru ini, EP diidentifikasi sebagai kontaminan air yang signifikan. Oleh karena itu, salah satu peneliti dari Indonesia, Dr. Marpongahtun, M.Phil., yang bekerja sama dengan beberapa peneliti dari Malaysia dan Kanada, melakukan tinjauan terkait emerging pollutants (EPs).

Dr. Marpongahtun, M.Phil., mengatakan, “Tanpa kita sadari, banyak contoh emerging pollutants (EPs) yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti produk perawatan pribadi (PCP), hormon, penghambat api, bahan tambahan industri, bahan kimia pengganggu endokrin (EDC), obat-obatan, bahan nano, dan pestisida,” pungkasnya.

Dalam penelitian mereka, dikatakan bahwa Pusat Laboratorium NORMAN (NORMAN Network) mengidentifikasi setidaknya 700 zat yang termasuk dalam 20 kelas di lingkungan perairan Eropa. Sementara itu, menurut Survei Geologi AS, EP adalah senyawa yang biasanya tidak terlihat di sekitarnya namun dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Kontaminan ini biasanya ditemukan dalam konsentrasi kecil, dari beberapa bagian per triliun hingga bagian per miliar.

“Pada dasarnya, EPs ini senyawanya tidak terlihat secara langsung, tapi sangat besar dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan kita,” jelas Dr. Marpongahtun, M.Phil.

Menurutnya, EP memiliki potensi untuk bertahan di lingkungan, terakumulasi secara biologis, dan mengancam kesehatan manusia serta ekosistem. Beberapa dampaknya termasuk pertumbuhan abnormal, penurunan kesuburan dan kesehatan reproduksi, keterlambatan perkembangan saraf, penghambatan spesies satwa liar, degradasi ekosistem perairan, dan potensi membahayakan sistem kekebalan tubuh manusia. EP mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan kanker dan gangguan endokrin (EDC), yang memengaruhi hormon dan sistem endokrin. EPs juga dapat menghambat perkembangan seksual anak dan menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi manusia.

Sementara itu, EPs yang juga mencakup penghambat api, produk sampingan disinfeksi, dan pestisida, semuanya berpotensi merusak kesehatan dan lingkungan. Lebih lanjut ditemukan bahwa secara bertahap EPs memberikan dampak terhadap sumber daya air yang terus memburuk akibat adanya urbanisasi, pertumbuhan penduduk, kegiatan pertanian, dan pembangunan industri.

Meskipun banyak penelitian dilakukan untuk menentukan konsentrasi dan sumber kontaminan di badan air, informasi tentang produk transformasi, metabolit, dan pengolahan air minum masih terbatas. Selain itu, sebagian besar produk EP tidak tunduk pada peraturan air dan air limbah.

Oleh karena itu, Dr. Marpongahtun, M.Phil., menjelaskan, “Seharusnya, para pembuat kebijakan harus menangani masalah ini secara lebih sistematis dan koheren, seperti Uni Eropa yang telah menetapkan kerangka peraturan kompleks untuk mengatur aktivitas yang melibatkan komersialisasi, penggunaan, keberadaan, dan emisi polusi kimia. Selain Uni Eropa, ada juga negara Amerika Serikat yang dapat kita gunakan sebagai acuan dalam penanganan EP ini. Mereka memiliki keunggulan dalam memantau dan peraturan batas maksimum penggunaan produk EP.”

Dr. Marpongahtun, M.Phil., bersama rekan-rekannya berhasil menunjukkan bahwa mikroalga memiliki kemampuan untuk menghilangkan atau melakukan biotransformasi berbagai EPs. Selain itu, teknologi pengolahan seperti proses oksidasi biologis, perubahan fase, dan lanjutan juga dikaji untuk menghilangkan EPs dari air. Mereka juga menyoroti mikroplastik sebagai polutan baru dan interaksinya dengan EPs. Obat-obatan dan antibiotik dianggap sebagai sumber utama pencemaran lingkungan, dan berbagai teknologi pengolahan seperti degradasi fotokatalitik dan penggunaan bahan nano telah diusulkan untuk mengatasi masalah ini.

Namun, menurutnya, masalah EPs bukanlah masalah kecil, masih banyak tantangan dan dampak jangka panjang terhadap kehidupan manusia akibat dari EP. Dr. Marpongahtun, M.Phil., berpesan bahwa “Penelitian terkait EP, khususnya di Indonesia, masih sangat diperlukan. Kita harus segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi lingkungan dan kesehatan kita dari ancaman ini. Upaya dari kita semua sangat diperlukan untuk mengatasi masalah polutan yang muncul ini dan menjaga kualitas air bagi anak cucu kita mendatang.”

Artikel
SDGs
Artikel Penelitian
SDGs 3

Detail Paper

JurnalWater
JudulA Review on Emerging Pollutants in the Water Environment: Existences, Health Effects and Treatment Processes
PenulisNor Zaiha Arman, Salmiati Salmiati, Azmi Aris, Mohd Razman Salim, Tasnia Hassan Nazifa, Mimi Suliza Muhamad, Marpongahtun Marpongahtun
Afiliasi Penulis
  1. Center for Environmental Sustainability and Water Security (IPASA), Research Institute for Sustainable Environment (RISE), Universiti Teknologi Malaysia, Skudai 81310, Malaysia; n.zaiha@utm.my (N.Z.A.); salmiati@utm.my (S.S.); azmi.aris@utm.my (A.A.)
  2. Department of Environmental Engineering, School of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universiti Teknologi Malaysia, Bahru 81310, Malaysia
  3. Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Technology and Built Environment, UCSI University, Cheras, Kuala Lumpur 56000, Malaysia; razman@ucsiuniversity.edu.my
  4. School of Engineering and Applied Sciences, Memorial University of Newfoundland, St. John’s, NL A1C 5S7, Canada; thnazifa@mun.ca
  5. Department of Civil Engineering Technology, Faculty of Civil Engineering Technology, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, Pagoh Education Hub, Batu Pahat 84600, Malaysia; msuliza@uthm.edu.my
  6. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?