Harapan Baru Pengobatan Kanker Serviks dengan Andaliman
Kanker serviks adalah penyakit serius yang membutuhkan pendekatan pencegahan dan pengobatan yang komprehensif. Penemuan potensi Zanthoxylum acanthopodium sebagai terapi kanker serviks memberikan harapan baru. Tanaman ini tidak hanya memiliki efek antikanker, tetapi juga menawarkan solusi yang lebih aman dan alami. Dengan penelitian lebih lanjut dan dukungan yang tepat, andaliman bisa menjadi kandidat obat kanker serviks di masa depan, membawa harapan baru bagi banyak wanita di Indonesia dan dunia" papar Prof. Dr. Syafruddin Ilyas
Salah satu jenis kanker paling mematikan di Asia Tenggara setelah kanker payudara adalah kanker serviks. Kanker serviks terus menjadi ancaman serius bagi wanita, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia, tingkat kejadian kanker serviks mencapai 17 per 100.000 penduduk, sementara angka kematiannya adalah 7,7 per 100.000 penduduk. Tingginya tingkat kejadian dan kematian akibat kanker serviks disebabkan karena wanita di Indonesia masih memiliki tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Berdasarkan data dari hasil penelitian Hiremath tahun 2017, hanya 30% wanita di Indonesia yang memiliki pemahaman memadai terkait kanker serviks, sedangkan 70% sisanya memiliki pengetahuan yang sangat rendah.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed., seorang peneliti dan dosen di Universitas Sumatera Utara dengan keahlian di bidang reproduksi molekuler, mengatakan bahwa, “Kanker serviks umumnya disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV), yang menular melalui hubungan seksual dan bisa bertahan di tubuh. Proses infeksi ini berlanjut menjadi prakanker dan akhirnya kanker jika tidak ditangani dengan baik. Faktor risiko lain termasuk jumlah anak, menstruasi yang tidak teratur, dan kebersihan perineum. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan skrining secara rutin dan mendapatkan vaksinasi HPV.”
Dalam upaya mengatasi kanker serviks, para peneliti yang terdiri dari Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed., dari Universitas Sumatera Utara, bersama dengan Dr. Rostime H. Simanullang, Dr. Salomo Hutahaean, M.Si., Prof. Dr. Rosidah, M.Si., dan Dr. Putri C. Situmorang, S.Pd., M.Si., terus mencari solusi yang lebih efektif dan aman. Salah satu penemuan menarik berasal dari tanaman Zanthoxylum acanthopodium atau yang dikenal dengan andaliman. Tanaman liar yang tumbuh di Sumatra Utara ini telah digunakan secara tradisional sebagai obat antiinflamasi dan antioksidan. Penelitian menunjukkan bahwa andaliman memiliki potensi sebagai ko-kemoterapi untuk kanker payudara dan kini tengah dieksplorasi untuk kanker serviks.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak andaliman dapat menghambat ekspresi CDK4 pada sel kanker serviks. Ini memberikan harapan baru untuk pengembangan terapi berbasis tanaman yang lebih aman dan efektif. Zanthoxylum acanthopodium diketahui memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, yang dapat mengurangi stres oksidatif dan kerusakan DNA, faktor-faktor yang berkontribusi pada perkembangan kanker.
Protein Cyclin-Dependent Kinase 4 (CDK4) berperan penting dalam pengendalian siklus sel dan proliferasi sel kanker. Mutasi atau ekspresi berlebihan CDK4 dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan menghambat apoptosis, yang berkontribusi pada perkembangan kanker. “CDK4 adalah target penting dalam terapi kanker serviks karena perannya dalam regulasi siklus sel. Penelitian ini dapat memberikan pencerahan bagi kita semua dengan mengetahui bagaimana CDK4 pada sel kanker serviks setelah diberikan Zanthoxylum acanthopodium (andaliman), yang kita harapkan dapat menjadi kandidat obat kanker serviks di masa depan,” jelas Prof. Dr. Syafruddin Ilyas.
Zanthoxylum acanthopodium, atau yang kita kenal dengan andaliman, mengandung senyawa bioaktif yang telah terbukti memiliki aktivitas antikanker. “Ekstrak buah andaliman dapat menurunkan kadar malondialdehid (MDA) dalam darah dan meningkatkan ekspresi HSP-70, yang penting untuk perlindungan sel dari kerusakan,” ungkap Prof. Dr. Syafruddin Ilyas. Selain itu, andaliman juga memiliki efek antiinflamasi yang dapat mengurangi peradangan kronis yang sering terkait dengan perkembangan kanker.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa injeksi benzopiren dapat menyebabkan perkembangan sel kanker. Namun, pemberian ekstrak andaliman mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan kesehatan jaringan secara keseluruhan. “Hasil penelitian ini sangat menjanjikan dan membuka jalan bagi pengembangan andaliman sebagai terapi tambahan untuk kanker serviks,” kata Prof. Dr. Syafruddin Ilyas.
Penggunaan tanaman obat seperti andaliman dalam pengobatan kanker memberikan harapan baru bagi pasien yang mencari alternatif atau tambahan terhadap terapi konvensional seperti kemoterapi dan radioterapi. “Kita perlu lebih banyak penelitian klinis untuk memastikan efektivitas dan keamanan andaliman pada manusia, tetapi hasil awal sangat menjanjikan,” ujar Prof. Dr. Syafruddin Ilyas.
Sebagai penutup, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas menitip pesan bahwa, “Kanker serviks adalah penyakit serius yang membutuhkan pendekatan pencegahan dan pengobatan yang komprehensif. Penemuan potensi Zanthoxylum acanthopodium sebagai terapi kanker serviks memberikan harapan baru. Tanaman ini tidak hanya memiliki efek antikanker, tetapi juga menawarkan solusi yang lebih aman dan alami. Dengan penelitian lebih lanjut dan dukungan yang tepat, andaliman bisa menjadi kandidat obat kanker serviks di masa depan, membawa harapan baru bagi banyak wanita di Indonesia dan dunia.”
Detail Paper
- Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155
- STIKes Murni Teguh Medan, Indonesia
- Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155