A11Y

HOME

MENU

CARI

Inovasi Membran dari Tumbuhan Cincau Rambat yang Mempercepat Penyembuhan

Diterbitkan Pada09 September 2024
Diterbitkan OlehMayang Sari Yeanny S.Si., M.Si.
Inovasi Membran dari Tumbuhan Cincau Rambat yang Mempercepat Penyembuhan
Copy Link
IconIconIcon

Inovasi pembalut luka berbasis kitosan dan pektin dari cincau rambat menawarkan solusi ramah lingkungan yang efektif dalam mempercepat penyembuhan. Temuan ini menggabungkan biopolimer alami untuk menciptakan produk medis yang berkelanjutan dan aman bagi pasien.

Inovasi dalam bidang medis sering kali terinspirasi dari alam. Salah satu contoh menarik adalah pengembangan pembalut luka berbasis membran alami ini. Kitosan dan pektin, dua bahan dasar yang telah lama dikenal dalam dunia biomedis, kini dipadukan dengan cara yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Kehadiran pektin yang diekstraksi dari tumbuhan lokal seperti cincau rambat (Cyclea barbata Miers) membuka pintu bagi solusi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Namun, apa yang membuat inovasi ini begitu istimewa?

Para peneliti dari Universitas Sumatera Utara, Indonesia, yakni Mayang Sari, Prof. Tamrin, Jamaran Kaban, dan Zul Alfian, mencoba memahami potensi kitosan dan pektin sebagai bahan biopolimer. Kitosan berasal dari kitin, suatu polisakarida yang ditemukan dalam eksoskeleton serangga dan krustasea. Kitosan telah lama dikenal karena sifat antimikrobanya yang luar biasa, kemampuannya mempercepat pembekuan darah, serta kemudahannya beradaptasi dengan berbagai bentuk dan komposisi material.

Di sisi lain, pektin adalah polisakarida yang umumnya ditemukan pada dinding sel tumbuhan, terutama kulit buah-buahan seperti apel dan jeruk. Pektin sering digunakan dalam industri pangan, namun potensi medisnya mulai menarik perhatian berkat kemampuannya membentuk gel, menjaga kelembapan, dan terurai secara alami.

Gabungan antara kitosan dan pektin menawarkan kombinasi ideal untuk aplikasi pembalut luka. Dalam penelitian ini, pektin yang diekstraksi dari cincau rambat dipadukan dengan kitosan dalam berbagai rasio untuk membentuk membran yang tidak hanya kuat tetapi juga fleksibel serta efektif dalam menjaga kelembapan luka. “Proses ekstraksi pektin dari cincau rambat menjadi titik krusial dalam penelitian ini. Dengan tidak menggunakan pemanasan dalam prosesnya, pektin yang dihasilkan tetap mempertahankan kualitas alaminya, menjaga struktur kimianya agar stabil,” ungkap Prof. Tamrin.

Crosslinking yang terjadi antara kitosan dan pektin memastikan bahwa membran memiliki ikatan yang kuat dan stabil, sementara struktur kristalin pektin dari cincau rambat memberikan stabilitas tambahan yang penting dalam aplikasi medis. Dengan stabilitas termal yang tinggi, membran ini mampu bertahan dalam kondisi yang menantang tanpa kehilangan integritasnya.

Prof. Tamrin menjelaskan bahwa membran ini memiliki kemampuan luar biasa dalam menjaga kelembapan, yang merupakan faktor penting dalam penyembuhan luka. Tingkat penggembungan yang tinggi, laju transmisi uap air (WVTR) yang ideal, dan porositas seimbang memungkinkan terciptanya lingkungan lembap yang optimal bagi penyembuhan jaringan kulit yang rusak, tanpa risiko menjadi terlalu basah. Hal ini penting karena pembalut luka yang terlalu kering dapat memperlambat regenerasi kulit, sedangkan yang terlalu lembap dapat menyebabkan infeksi.

Mengapa inovasi ini begitu penting? Dunia medis terus mencari solusi yang lebih efektif dan ramah lingkungan untuk perawatan kesehatan. Pembalut luka konvensional sering kali terbuat dari bahan sintetis yang sulit terurai secara alami, menyebabkan masalah limbah medis. Selain itu, beberapa bahan sintetis dapat menimbulkan reaksi alergi atau iritasi pada pasien dengan kulit sensitif. Kehadiran membran campuran kitosan/pektin ini tidak hanya meningkatkan efisiensi penyembuhan, tetapi juga menawarkan keberlanjutan dan keamanan bagi pasien.

Bahan-bahan alami seperti pektin dari cincau rambat dan kitosan merupakan sumber daya melimpah. Penggunaan bahan-bahan ini dalam aplikasi medis berpotensi mengurangi ketergantungan pada bahan sintetis yang lebih mahal dan sulit diolah. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menekan biaya perawatan kesehatan, terutama di wilayah dengan akses terbatas terhadap teknologi medis canggih.

Bagi banyak orang, luka kecil mungkin tampak sepele. Namun, bagi pasien dengan kondisi tertentu—seperti penderita diabetes atau pascaoperasi—penyembuhan luka bisa menjadi proses yang rumit dan lambat. “Memiliki pembalut luka yang tidak hanya mempercepat penyembuhan tetapi juga melindungi dari infeksi sangatlah penting. Membran ini, dengan kombinasi uniknya, memberikan harapan baru bagi mereka yang membutuhkan solusi penyembuhan yang lebih baik,” ujar Prof. Tamrin.

Perkembangan teknologi medis tidak hanya soal menemukan cara baru untuk menyembuhkan penyakit atau memperbaiki kondisi kesehatan, tetapi juga tentang dampak jangka panjang yang positif bagi masyarakat dan lingkungan. Inovasi membran campuran kitosan/pektin dari cincau rambat ini membawa kita lebih dekat ke masa depan di mana perawatan kesehatan menjadi lebih baik dan ramah lingkungan.

Pektin, yang sering dianggap sebagai bahan biasa dalam industri pangan, menunjukkan potensi lebih besar ketika dipadukan dengan kitosan untuk keperluan medis. Proses ekstraksi pektin dari cincau rambat menekankan pentingnya pendekatan yang tepat dalam menjaga kualitas dan efektivitas bahan ini. Tanpa perlakuan pemanasan, struktur kimia pektin tetap terjaga, memastikan bahwa manfaat bioaktifnya dapat diintegrasikan sepenuhnya ke dalam membran.

Pentingnya rasio campuran antara kitosan dan pektin juga tidak bisa diabaikan. Membran yang dihasilkan dari berbagai rasio memberikan wawasan tentang bagaimana variasi kecil dalam komposisi memengaruhi sifat fisik dan mekanis produk akhir. “Rasio 1:2, 1:1, dan 2:1 memberikan pilihan bagi peneliti dan praktisi medis untuk menyesuaikan kebutuhan berdasarkan jenis luka dan kondisi pasien. Fleksibilitas dalam formulasi ini memungkinkan pengembangan produk yang lebih spesifik dan efektif,” jelas Prof. Tamrin.

Membran ini, hasil kolaborasi antara alam dan ilmu pengetahuan, menawarkan lebih dari sekadar solusi teknis. Ini adalah bukti upaya manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah untuk menciptakan solusi yang efektif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Di era di mana masalah lingkungan semakin mendesak, pendekatan ini semakin relevan.

Selain manfaat medisnya, inovasi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Cincau rambat, tumbuhan yang mungkin belum dikenal banyak orang, kini memiliki peran penting dalam dunia medis. Ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi alam yang belum dimanfaatkan untuk kebaikan umat manusia.

Pengembangan lebih lanjut dari membran kitosan/pektin ini dapat mengarah pada terciptanya produk medis lain yang lebih canggih dan spesifik. Bayangkan pembalut luka yang tidak hanya mempercepat penyembuhan tetapi juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien tertentu, seperti mereka yang memiliki kulit sensitif atau rentan infeksi. Atau mungkin membran yang dilengkapi dengan pelepasan zat aktif secara perlahan, memberikan terapi berkelanjutan selama proses penyembuhan.

Dengan semua potensinya, membran kitosan/pektin dari cincau rambat berpeluang menjadi salah satu inovasi penting dalam dunia perawatan medis. Dengan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, teknologi ini mungkin akan diaplikasikan lebih luas, tidak hanya dalam pembalut luka, tetapi juga dalam berbagai produk medis lainnya. Ini adalah langkah maju menuju perawatan kesehatan yang lebih baik dan ramah lingkungan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat besar bagi umat manusia.

Artikel
SDGs
Artikel Penelitian
SDGs 3

Detail Paper

JurnalPolymer Testing
JudulA novel composite membrane pectin from Cyclea Barbata Miers blend with chitosan for accelerated wound healing
PenulisMayang Sari (1,2), Tamrin (1), Jamaran Kaban (1), Zul Alfian (1)
Afiliasi Penulis
  1. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
  2. Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia, Jl. Kapten Sumarsono No. 107, Medan, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?