Konsisten Tambah Guru Besar, USU Siap Pacu Kualitas Tri Dharma
Konsisten Tambah Guru Besar, USU Siap Pacu Kualitas Tri Dharma
Diterbitkan oleh
Renny Julia Harahap
Diterbitkan pada
Selasa, 15 Februari 2022
Aristoteles, sang filsuf termasyhur pernah berkata, “The roots of education are bitter, but the fruits are sweet.” Hal itu menyatakan dengan tegas bahwa akar dari pendidikan itu pahit, namun buahnya manis.
Apa yang disampaikan Aristoteles merupakan kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan proses dalam menjalani pendidikan, di mana semua tahapannya dilakukan dengan bersusah-payah, demi meraih impian dan cita-cita yang diinginkan. Pendidikan sejatinya juga bukan sebuah persiapan untuk hidup, melainkan cerita dari kehidupan itu sendiri. Relevansi dari perwujudan makna kalimat tersebut terasa sangat pas jika disandingkan dengan masa pandemi Covid-19, yang menuntut kita semua untuk belajar di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
Sinergi perguruan tinggi dengan dunia industri yang membuka gerbang kampus lebar-lebar untuk proses membangun dan meningkatkan kompetensi lulusan melalui mekanisme sharing information and experience, serta knowledge transfer, adalah penanda utama perguruan tinggi dalam merespon disrupsi. Universitas Sumatera Utara menjadi salah satu di antaranya yang menempuh jalan tersebut untuk meminimalisir perlambatan kemajuan yang dimungkinkan oleh ketidaktepatan dalam merespon dampak pandemi. Sinergi ini membuat derap kegiatan belajar di USU menjadi semakin gegap gempita dan bergulir kencang di jalur cepat MBKM yang digulirkan Kemendikbudristek.
Universitas Sumatera Utara yang pernah didapuk sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam 10 besar universitas dengan jumlah guru besar terbanyak berdasarkan data Statistik Pendidikan Tinggi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, tentu saja memiliki beban yang tidak ringan untuk menerjemahkan tuntutan masyarakat terhadap ketersediaan lembaga pendidikan yang bak kawah Candradimuka; ketat dan tegas pada orientasi hasil, melahirkan lulusan terbaik dengan seperangkat kebijakan dan langkah-langkah edukasi penting yang inovatif, responsif serta sejalan dengan perkembangan zaman.
Guru Besar merupakan jabatan fungsional tertinggi seorang dosen, yang memiliki otoritas di bidang keilmuannya dan difungsikan untuk menerapkan Tridarma Perguruan Tinggi dengan baik. Dengan 175 orang guru besar yang dimiliki saat ini, Universitas Sumatera Utara kini siap memacu peran penting guru besar dalam mendongkrak peningkatan kualitas kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Rektor USU Dr Muryanto Amin menyatakan, jumlah guru besar yang dimiliki USU tentu harus terus ditambah untuk memenuhi persyaratan proporsional jumlah guru besar sebagai indikator yang ditetapkan dalam menilai kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi. Tidak mudah mencapai angka ideal penambahan jumlah guru besar yang harus dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia karena keterbatasan masing-masing kampus. Meskipun demikian, di pundak para guru besar tersebut disampirkan tanggungjawab untukmenjadi role model dalam membina dosen lainnya, baik untuk melakukan riset, menulis artikel hingga terbit di jurnal internasional bereputasi atau memiliki satu produk inovasi. Melalui Dewan Guru Besar, USU juga sangat berharap agar program pendampingan dapat dilakukan oleh setiap guru besar untuk menghasilkan kegiatan tri dharma bagi dosen lainnya yang masih merasa kesulitan memiliki riset, publikasi, dan inovasi yang berkualitas, sehingga bisa memiliki AD Scientist Index yang baik.
Hal tersebut antara lain disampaikan Rektor USU Dr Muryanto Amin dalam sambutannya pada prosesi pengukuhan Guru Besar Universitas Sumatera Utara perdana di tahun 2022, yang digelar secara hybrid, Kamis (10/2/2022) lalu. Sedikit berbeda dari pelaksanaan sebelumnya di era pandemi Covid-19, pengukuhan di awal Februari itu bukan saja terlihat lebih meriah, namun yang mencolok adalah jumlah guru besar yang dikukuhkan cukup banyak, yakni 4 orang guru besar sekaligus. Pemilihan tempat yang pada pelaksanaan sebelumnya senantiasa dilangsungkan di Gelanggang Mahasiswa, kali ini Auditorium USU yang berkapasitas lebih besar ditunjuk sebagai tempat dikukuhkannya 4 orang dosen tersebut.
Rektor menegaskan, bahwa kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat harus dilakukan secara in line atau selaras, terintegrasi satu sama lain, dan bisa diaplikasikan di ruang-ruang kelas. Hasil riset dan pengabdian masyarakat harus diperkaya di ruang kelas dengan memperhatikan keinginan industri serta kepentingan komunitas.
“Ruang Kelas harus dirancang kolaboratif dan partisipatif, tidak didominasi oleh dosen dan buku tertentu saja yang perkembangan informasi dan diseminasinya sangat terbatas. Ruang kelas harus menjadi media bagi mahasiswa dan dosen untuk leapfrog social impact (memiliki lompatan dampak sosial, menginspirasi (sharing), mengembangkan cara pikir baru (training) mengembangkan pengetahuan (tutoring), mengasah keterampilan (workshop), membekali pengalaman (project assigments), melakukan pendampingan (mentoring), dan memfasilitasi pengembangan (incubating).
Oleh karena itu, lanjut Dr Muryanto, ruang kelas harus diisi oleh hasil riset dan pengabdian masyarakat dosen, mengundang dosen praktisi masuk ke ruang kelas dan memberikan inspirasi bagi mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa harus sejak dini diajarkan praktik berkolaborasi, berdiskusi, dan bekerja secara berkelompok memberikan gagasan menemukan masalah-masalah di tengah masyarakat. Dosen harus berperan sebagai mentor dan fasilitator bagi mahasiswa untuk memberikan ruang bagi mereka dalam mengungkapkan passion yang dimilikinya. Agar dosen dapat berperan sebagai mentor dan fasilitator, maka setiap dosen harus punya satu riset, satu pengabdian masyarakat, dan satu publikasi atau produk inovasi setiap tahunnya. Universitas Sumatera Utara, saat ini baru mencapai 0,85 luaran setiap dosen. Artinya, USU harus bekerja keras untuk mencapai setidaknya 1 luaran setiap dosen.
Untuk mengejar target itu, Universitas Sumatera Utara dalam waktu dekat, akan mendirikan LIPI HKI yang bertugas membantu artikel sebagai luaran penelitian dosen dari mulai menulis naskah sampai diterima di jurnal internasional yang bereputasi. Lembaga baru lainnya adalah USU Entreprise yang akan ditugasi mendampingi luaran riset dosen untuk HKI dan produk inovasi menjadi hilirisasi dan komersialisasi.
Pentingnya peran riset dan publikasi dalam mendongkrak kinerja dan reputasi universitas juga diamini oleh salah seorang dari 4 guru besar yang baru dikukuhkan, Prof. Dr. Drs. Jonner Hasugian, M.Si. Berangkat dari pidato pengukuhannya yang berjudul “Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Produktivitas Publikasi Ilmiah Indonesia di Dunia Internasional : Analisis Bibliometrik Deskriptif Memanfaatkan Basis Data Scimago Journal dan Country Rank”, ia berharap publikasi internasional USU di tahun-tahun mendatang semakin meningkat dan USU bisa memiliki jurnal internasional bereputasi.
“Insentif yang telah disediakan USU selama ini sebenarnya sudah cukup baik dan besar perannya dalam mendorong minat dosen untuk meningkatkan publikasi jurnal internasional. Maka hal lain yang mendesak untuk dilakukan Universitas Sumatera Utara saat ini adalah mendorong dan memfasilitasi setiap fakultas dan program studi, khususnya yang berakreditasi unggul dan A, untuk menerbitkan jurnal internasionalnya. Dengan demikian publikasi ilmiah dosen dari hasil-hasil penelitian semakin meningkat,” ujarnya.
Untuk jumlah penelitian sepanjang 2021, Ketua Lembaga Penelitian USU, Prof Dr Robert Sibarani, MS, menjabarkan pencapaian institusi yang dipimpinnya, di mana terdapat peningkatan jumlah penelitian yang dilakukan oleh para dosen USU, yakni sebesar 889 penelitian dari tahun sebelumnya di 2020 yang hanya berkisar 732 penelitian. Kinerja Lembaga Penelitian USU yang mewarisi dan menduduki peringkat Lembaga Penelitian Mandiri dari tahun sebelumnya, pada tahun 2021 berhasil menaikkan besaran realisasi publikasi dosen sebesar 94,8%, dengan jumlah paten granted di atas 100 persen.
Dengan pencapaian tersebut, Universitas Sumatera Utara akan semakin optimis dalam meningkatkan kinerjanya, terkhusus dalam bidang riset, pengajaran, publikasi ilmiah dan pengabdian masyarakat yang menjadi fokus utama untuk mewujudkan internasionalisasi kampus. Seluruh upaya dan susah-payah dalam peningkatan kualitas pendidikan bagi negeri ini adalah upaya yang akan berbunga pada masanya, seperti kata Benjamin Franklin, “An investment in knowledge pays the best interest”. (RJ)