USU Menjadi Tuan Rumah 9th Asian Primate Symposium
USU Menjadi Tuan Rumah 9th Asian Primate Symposium
Diterbitkan oleh
Senin, 25 November 2024
Diterbitkan pada
Bambang Riyanto
“Sebagai makhluk yang secara evolusioner terkait erat dengan primata, kita memikul tanggung jawab besar untuk melestarikan spesies ini,” kata Prof. Poppy.
HUMAS USU - Universitas Sumatera Utara menjadi tuan rumah dari The 9th Asian Primate Symposium (APS) dengan mengangkat tema “Living in Harmony with Primates”. Acara ini diselenggarakan dari 23-27 November mendatang. Berkolaborasi dengan Orangutan Information Center, Yayasan Ekosistem lestari, Yayasan KAIRA, dan Indonesian Orangutan Conversation Forum (FORINA). Dengan acara pameran yang diadakan di Digital Learning Center Building USU, pada Minggu (24/11/2024).
9th Asian Symposium rutin dilakukan 2 tahun sekali. Pada tahun ini, turut hadir 20 negara perwakilan yang hadir berpartisipasi. Mengambil tema “Living in Harmony with Primates” dinilai sangat relevan dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya pelestarian lingkungan dan keseimbangan ekologi, terutama dalam menjamin kelangsungan hidup primata dan habitat aslinya.
Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Wakil Rektor III USU menginginkan adanya pusat kajian mengenai primata dan dengan adanya simposium ini menggarisbawahi komitmen USU untuk memperdalam pemahaman kita tentang hubungan antara manusia dan primata sekaligus mencari solusi yang lebih baik.
“Sebaiknya ada pusat kajian. Karena Sumatera Utara ini ternyata punya spesies dari keseluruhan di Indonesia. Jadi saya kira diusulkan dibuatkan pusat kajian khusus,” ujar Prof Poppy.
Lebih lanjut, WR III, Universitas berperan penting dalam memajukan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tidak hanya membahas aspek biologis dan ekologi tetapi juga mengintegrasikan dimensi sosial dan budaya dalam memahami hubungan kita dengan primata.
“Sebagai makhluk yang secara evolusioner terkait erat dengan primata, kita memikul tanggung jawab besar untuk melestarikan spesies ini,” lanjutnya.
Hadisiswoyo, M.A., M.Sc., sebagai Ketua Panitia, menyampaikan simposium ini mengakomodir dalam memperkuat pemahaman dan kolaborasi antar ilmuwan, komunitas, dan pemangku kepentingan lainnya dalam melindungi primata. Konservasi tidak hanya mencakup pendekatan ilmiah, namun juga memerlukan kesadaran sosial.
“Satu kolaborasi kita untuk mendorong, terutama peneliti-peneliti muda ataupun para konservasi untuk ikut berkontribusi memajukan konservasi primata,” ucapnya.
Novita Kusuma Wardani, S.Hut., M.AP., M.Env, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumut, menyambut baik dengan kehadiran delegasi negara yang hadir. Dengan adanya acara ini dapat meningkatkan kesadaran dan kolaborasi mengenai primata.
“Berkomitmen dalam membangun kehidupan harmonis secara berdampingan antara manusia dan primata,” sebutnya.