A11Y

HOME

MENU

CARI

USU Tuan Rumah Kuliah Bestari Untuk Bangsa, Tampilkan 3 Pembicara Bahas Hilirisasi Kearifan Lokal

Diterbitkan Pada02 Agustus 2021
Diterbitkan OlehBambang Riyanto
USU Tuan Rumah Kuliah Bestari Untuk Bangsa, Tampilkan 3 Pembicara Bahas Hilirisasi Kearifan Lokal
Copy Link
IconIconIcon

MEDAN – HUMAS USU : Universitas Sumatera Utara (USU) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Seri Kuliah Bestari Untuk Bangsa, yang digelar pada Sabtu (31/7/2021), secara daring. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MDGB-PTNBH) bekerjasama dengan Dewan Guru Besar USU.

Kuliah Bestari untuk Bangsa yang merupakan seri ke-6 dari seluruh penyelenggaraan kegiatan yang sama ini mengambil tema “Hilirisasi Kearifan Lokal dan Sumber Daya Alam Sumatera Utara” dan dibuka oleh Rektor USU Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si. Sebelumnya kegiatan yang telah berlangsung sejak Februari 2021 ini diawali oleh DGB Institut Teknologi Bandung (ITB) bertindak sebagai tuan rumah. Disusul oleh DGB IPB sebagai tuan rumah di bulan Maret, DGB UGM pada April, DGB UI di bulan Mei dan DGB UPI pada bulan Juni 2021.

Tiga narasumber yang dihadirkan dalam forum tersebut adalah Prof Dr Robert Sibarani, MS, dengan materi berjudul “Kearifan Lokal Sebagai Sumber Kreativitas Budaya untuk Penciptaan Produk Bernilai Tambah”, Prof Dr Syafruddin Ilyas, M Biomed dengan materi “Ihan Batak Salah Satu Mutiara Terpendam dari Sumut yang Penting Digali” dan Prof Dr Basuki Wiryosentono, MS, memaparkan tema “Usaha Komersialisasi Paten dan Inovasi USU Berbasis Teknologi Tepat Guna dan Sumber Daya Alam”. Seri Kuliah Bestari untuk Bangsa dihadiri oleh Ketua MDGB PTNBH Prof Dr Karim Suryadi, M Si, Ketua DGB USU Prof Dr dr Gontar Alamsyah Siregar, Sp PD, KGEH, para pimpinan dan sekretaris Dewan Guru Besar serta Dewan Profesor dari 12 PTNBH se-Indonesia.

Image

Ketua MDGB PTNBH Prof Dr Karim Suryadi, M Si, dalam sambutannya antara lain menyampaikan ucapan terima kasih kepada DGB USU yang telah mengatur acara dengan baik. Ia mengatakan, di tengah iklim yang penuh polutan, semoga seri kuliah bestari bangsa ini bisa terus mengembuskan hawa murni universitas, sesuatu yang menjadi nukleus dan cikal bakal kelahiran universitas, yakni spirit untuk mengusung kebenaran, bertindak dengan cara-cara yang benar, dan berpikir menurut fakta yang otentik dan bisa diuji.

“Sesuai tema yang digelar dalam kegiatan ini, kembali kepada kearifan lokal sesungguhnya merupakan DNA kemajuan universitas. Ini terbukti dalam research yang dimuat dalam buku The Innovative University, bahwa DNA kemajuan universitas terletak pada kedekatan universitas itu, kemafhuman universitas itu, akan kekuatan dirinya dan konteks yang melatarinya. Kemajuan universitas bisa ditempuh melalui berbagai cara, hanya satu yang harus dihindari adalah menghindari mengekor kepada universitas lain,” ujar Prof Dr Karim Suryadi.

Sementara Ketua Dewan Guru Besar USU Prof Dr dr Gontar Alamsyah Siregar, Sp PD, KGEH, menyatakan bahwa DGB USU merasa terhormat ditunjuk sebagai panitia Seri Kuliah Bestari ke-6. Adapun pemilihan tema ini didasari oleh 2 (dua) dokumen penting yang berhubungan dengan USU pada saat ini. Pertama adalah amanat statuta yang menuntut adanya keunggulan akademik sebagai Barometer Kemajuan Ilmu Pengetahuan. Kedua adanya tuntutan Renstra USU periode 2020-2024 sebagai universitas berstandard internasional berciri keunggulan lokal. Pada kedua dokumen ini sangat jelas dituntut adanya keunggulan akademik yang berciri lokal Sumatera Utara.

Image

“Selama 5 tahun terakhir Indonesia telah menunjukkan akselerasi jumlah karya ilmiah yang sangat menggembirakan. Pada tahun 2015 Indonesia berada di bawah Thailand, Singapura dan Malaysia dari segi jumlah publikasi ilmiah internasional bereputasi. Akibat akselerasi yang cukup baik, Indonesia berhasil melewati Thailand pada tahun 2017, melewati Singapura tahun 2018, dan akhirnya melewati Malaysia menjadi yang terbanyak di ASEAN sejak tahun 2019. Peningkatan karya ilmiah ini juga didukung oleh kinerja PTN BH yang sangat baik,” tuturnya.

Ditambahkan Prof Gontar, berdasarkan data yang ditampilkan SINTA, pada tahun 2020 terdapat 50.608 karya ilmiah bereputasi yang dihasilkan Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 23.573 judul (46,6%) adalah kontribusi dari 11 PTN BH yang ikut pada Seri Kuliah Bestari. Hal ini merupakan kontribusi yang sangat signifikan bagi Indonesia.

“Meskipun telah menunjukkan peningkatan dari segi jumlah, Indonesia harus lebih meningkatkan lagi kualitas luaran penelitiannya. Selain kualitas karya ilmiah yang harus diperhatikan, ketermanfaatan hasil penelitian bagi masyarakat atau yang dikenal dengan istilah hilirisasi hasil penelitian juga harus menjadi perhatian,” tandasnya.

Rektor USU Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, dalam sambutannya yang sekaligus membuka acara mengatakan, Indonesia merupakan negara yang multikultural, dengan ragam budaya, adat istiadat dan berbagai muatan lokal yang merupakan kekuatan yang dapat diandalkan.Sayangnya, inovasi yang dilakukan oleh para akademisi negeri ini untuk mengangkat muatan lokal atau local wisdom agar bernilai ekonomis masih belum optimal serta belum berkembang. Dari yang sedikit itu, keseriusan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam dan kearifan lokal pun belum berjalan maksimal sesuai harapan atau ekspektasi yang diinginkan, karena dihadapkan oleh berbagai kendala di lapangan dan belum maksimalnya dukungan yang diberikan untuk kepentingan tersebut.

Image

“Para akademisi membutuhkan dukungan dunia industri untuk melakukan hilirisasi produk sehingga memiliki nilai ekonomis dan manfaat sosial bagi masyarakat umum. Sinergi triple helix (perguruan tinggi, pemerintah dan industry) adalah kekuatan besar yang mampu mengatasi hambatan pandemi dari begitu banyak kearifan lokal yang ada di masyarakat dan mengasahnya menjadi produk yang dapat menjadi sumber penghasilan baru serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat luas,” ungkap Rektor USU.

Kekuatan produk kearifan lokal, lanjutnya, bisa dikelola oleh perguruan tinggi dengan menggunakan platform edu-tech. Selain sebagai media pembelajaran mahasiswa dan masyarakat umum, hilirisasi produk local wisdom mampu memasuki market place dengan menggunakan teknologi sebagai inti dari edu-tech dan membantu pemerintah dalam meningkatkan laju percepatan pertumbuhan ekonomi yang selama masa pandemi cenderung melambat.

“Melalui penguatan local wisdom yang kita miliki, perguruan tinggi akan memberikan manfaatnya dalam mempercepat ekosistem pendidikan yaitu socio, techno, entrepreneur. Sebagai cara yang baru untuk kemajuan dan peradaban manusia dalam dunia yang baru. Perguruan tinggi adalah salah satu pilar yang mendukung tetap kukuhnya kekuatan kearifan lokal yang ada di masyarakat, untuk menghempang terjangan gelombang modernisasi yang menawarkan gaya hidup yang praktis, pragmatis dan komsumtif. Kita semua tentu tidak menginginkan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang sejak lama di tengah masyarakat hanya tertinggal sebagai benda pusaka yang kita warisi dari para leluhur, kita rawat hanya untuk mempertahankan keberadaannya, tanpa melakukan upaya apapun untuk menselaraskannya dengan kebutuhan yang ada di masa sekarang,” papar Dr Muryanto.

Image

Kearifan lokal sesungguhnya harus dijadikan sebagai kekuatan baru yang dimunculkan untuk merespon wajah dunia modern. Kearifan lokal merupakan peluang untuk membangun ciri khas dan karakter di segala bidang, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan percepatan modernisasi melalui penggunaan teknologi.

“Guru Besar memiliki peran penting sebagai leading sector untuk menstimulus atau menguatkan kearifan lokal yang ekonomis menjadi produk yang market place. Kegunaannya antara lain untuk media pembelajaran bagi mahasiswa dan masyarakat umum, serta bernilai ekonomis yang menghasilkan potensi socio entrepreneur baru bagi mahasiswa dan masyarakat. Saat ini kita tidak lagi bisa mengurung diri secara eksklusif dalam kesibukan akademis dan menutup mata terhadap gelombang kesulitan yang ada di tengah masyarakat. Lembaga perguruan tinggi saat ini harus bekerja untuk kemanusiaan dan kemajuan bangsa. Maka pandemi Covid19 merupakan momentum yang tepat bagi para akademisi untuk turun ke masyarakat dan mengimplementasikan seluruh kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya dalam mencari sumber-sumber ekonomi baru yang bisa dikembangkan,” pungkasnya. (RJ)


Author: Renny Julia Harahap - Humas

Interviewee: Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar Sp.PD., KGEH(K) - Ketua DGB USU

Photographer: Humas, Dewan Guru Besar - Universitas Sumatera Utara

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?