Edukasi Petani Kopi Langkat, Dosen USU Dorong Produksi
“Kegiatan PKM dilaksanakan dari April hingga November 2022, dimulai dari survei, identifikasi masalah, melakukan diskusi dengan Poktan Perteguhan, hingga kegiatan PKM dilaksanakan. Motivasi yang kuat dari pihak mitra untuk menghasilkan panen kopi Arabika unggul lokal merupakan salah satu modal untuk melaksanakan kegiatan PKM di Dusun Perteguhan, Telagah. Proses pemberdayaan masyarakat ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi persoalan yang muncul dan menentukan keputusan secara mandiri, serta memberikan aksesibilitas terhadap sumber daya dan lingkungan, juga kebebasan bertanggungjawab,” ungkap Ameilia Zuliyanti.
Siapa yang tak mengenal kopi? Minuman dengan rasa khasnya yang pahit dan mudah dicampur dengan berbagai varian zat cair lainnya ini sangat tersohor dan dikonsumsi sekitar 2,75 milyar gelas setiap hari di seluruh dunia. Kehadirannya telah mengilhami berbagai karya seni yang diciptakan manusia, khususnya sastra. Secangkir kopi adalah pelengkap yang sempurna untuk hari-hari pahit, hari-hari bahagia, ataupun hari-hari yang datar saja. Seperti apa yang dikatakan penyair Joko Pinurbo dalam salah satu lirik puisinya; “Kurang atau lebih, setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”
Kopi merupakan komoditas minuman berkafein yang mengandung rasa pahit, yang bermanfaat untuk mengurangi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan. Minuman berbahan dasar ekstrak biji kopi ini didukung oleh faktor sejarah, tradisi budaya, sosial dan kepentingan ekonomi. Dapat dikonsumsi dalam bentuk minuman, maupun menjadi bagian dari campuran bahan makanan.
Tanaman kopi (Coffea spp) mulai dikonsumsi pada abad ke-16. Di mana lebih dari 120 spesies kopi telah diidentifikasi hingga saat ini dan ada tiga spesies kopi yang dibudidayakan secara komersial, yakni Coffea Arabica, Coffea Canephora, dan Coffea Liberica. Coffea Canephora dikenal dengan sebutan kopi robusta. Lebih dari 70% produksi kopi dunia didominasi oleh kopi jenis Arabika, sementara Robusta hanya sekitar 28% saja. Sisanya merupakan produksi jenis kopi lainnya seperti Liberika, Excelsa, dan lain-lain. Kita mengenali beberapa negara penghasil kopi terbesar yang mayoritas produksinya Arabika, yakni Brazil, Kolombia dan Ethiopia. Sedangkan negara penghasil kopi Robusta terbesar dan terbaik adalah Vietnam dan Indonesia.
Perkebunan kopi merupakan salah satu sektor yang mampu menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 2 juta petani kopi di Indonesia. Salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki kawasan perkebunan kopi berada di Kabupaten Langkat. Secara administratif, Kabupaten Langkat terdiri dari 23 wilayah kecamatan, 240 desa, dan 37 kelurahan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Kecamatan Batang Serangan (93,490 ha), sementara yang paling sempit Kecamatan Binjai (4,955 ha). Kecamatan dengan desa terbanyak adalah Kecamatan Bahorok dan Kecamatan Tanjung Pura (19 desa/kelurahan), sedangkan kecamatan dengan desa/kelurahan paling sedikit adalah Kecamatan Sawit Seberang, Brandan Barat dan Binjai (7 Desa/Kelurahan).
Tanaman kopi cocok untuk tumbuh pada ketinggian 500-700 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan sekitar 1500 – 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-2℃ dengan lahan kelas S1 atau S2, yang didentifikasi di Desa Telagah, Langkat. Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal).
Namun, dari hasil identifikasi yang dilakukan terhadap petani di salah satu desa yang ada di Kabupaten Langkat, terlihat adanya pengetahuan terbatas dari para petani tentang budidaya dan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT) tanaman kopi. Keterbatasan tersebut tentu sedikit menghambat produktivitas dan hasil panen kopi. Sebagaimana contoh yang ditemukan di lapangan, di antaranya tidak diberikannya pupuk secara berkala, pemangkasan pohon yang jarang dilakukan, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, produksi kurang optimal, kegiatan pasca panen yang dilakukan secara manual, dan kulit kopi yang tersisa ditumpukkan begitu saja di lokasi tanpa diolah, mengakibatkan beberapa kendala yang lebih jauh.
Permasalahan tersebut dilatarbelakangi tata kelola lahan kopi yang masih sangat tradisional, serta belum adanya pendampingan terhadap penggunaan alat untuk sangrai buah kopi yang sesuai standar dan harga kopi yang sangat murah.
Berangkat dari hal tersebut melalui program Pengabdian Dosen yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Sumatera Utara, dosen Fakultas Pertanian Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si, M.Sc, Ph.D, beserta Prof. Dr. Tulus, Vor Dipl. Math, M.Si, Ph.D dan Prof. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si, melakukan pengabdian masyarakat di Dusun Perteguhan Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Kegiatan ini juga menggandeng kerja sama dengan Kepala Desa Telagah Ibrahim Barus dan Kelompok Tani (Poktan) Kopi Perteguhan, dengan Ketua Poktan Dermawan STD.
“Kegiatan PKM dilaksanakan dari April hingga November 2022, dimulai dari survei, identifikasi masalah, melakukan diskusi dengan Poktan Perteguhan, hingga kegiatan PKM dilaksanakan. Motivasi yang kuat dari pihak mitra untuk menghasilkan panen kopi Arabika unggul lokal merupakan salah satu modal untuk melaksanakan kegiatan PKM di Dusun Perteguhan, Telagah. Proses pemberdayaan masyarakat ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi persoalan yang muncul dan menentukan keputusan secara mandiri, serta memberikan aksesibilitas terhadap sumber daya dan lingkungan, juga kebebasan bertanggungjawab,” ungkap Ameilia Zuliyanti.
Metode Coorporate Farming (CF) dengan Program KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu) dijalankan untuk mengatasi permasalahan di tingkat petani kopi. Model CF merupakan model pemberdayaan petani melalui kelompok dengan melakukan rekayasa sosial, ekonomi, teknologi dan nilai tambah. Rekayasa sosial dapat dilakukan dengan penguatan kelembagaan tani, penyuluhan, dan pengembangan SDM. Sementara rekayasa ekonomi dilakukan dengan pengembangan akses permodalan untuk pengadaan saprodi dan akses pasar. Rekayasa teknologi dilakukan dengan pencapaian kesepakatan teknologi yang disesuaikan dengan kebiasaan petani kopi. Terakhir, rekayasa nilai dilakukan melalui pengembangan usaha off farm yang terkoordinasi secara vertikal dan horisontal.
Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan pada program pengabdian masyarakat ini antara lain persiapan lahan, persiapan bahan dan alat, pembibitan kopi berkualitas unggul, desain alat pupuk produktif, pembuatan perangkap YST, pestisida nabati, aplikasi, pengamatan lahan kopi, dan inventarisasi hama. Sedangkan tahapan lanjutannya adalah melakukan komunikasi dan pendampingan petani dalam pengolahan hama terpadu, pengecekan data serangga dan hama yang terdeteksi, pemantauan pengendalian PHT dan mensosialisasikan penggunaan sampah kopi yang tidak di kelola di Desa Telagah.
Prosedur kerja kegiatan PKM dimulai dari tahap persiapan lahan, dilanjutkan persiapan bahan dan alat untuk budidaya kopi, pembibitan kopi berkualitas unggul, desain alat pupuk produktif, pembuatan perangkap YST, aplikasi PAKAR KOPI, pengamatan lahan kopi, pemangkasan cabang serta inventarisasi hama. Petani disarankan untuk memilih jenis dan varietas disesuaikan dengan tempat dan lokasi lahan; di atas ketinggian 800 mdpl ditanam kopi Arabika, manakala di dataran rendah hendaknya ditanam kopi Liberka atau Excelsa. Bibit yang dipersiapkan berasal dari kopi berkualitas unggul, seperti kopi Arabika Ateng, Arabika Sipirok, Arabika Mandailing, varietas S 795, USDA 762, Kartika-1, Kartika-2. Manakala Klon Robusta disarankan menggunakan Klon BP 42 atau BP 358. Selanjutnya dilakukan penanaman tanaman naungan/peneduh bagi kopi dari jenis lamtoro, dadap, sengon, alpukat, atau jeruk.
“Petani juga disarankan untuk mengatur jarak tanam budidaya kopi yang dianjurkan; 2.75 m x 2.75 m untuk Robusta dan 2.5m x 2.5m untuk kopi Arabika. Jarak tanam divariasikan dengan ketinggian lahan, di mana semakin tinggi lahan, maka jarak tanam semakin jarang, jika semakin rendah maka semakin rapat jarak tanamnya. Selanjutnya, 3-6 bulan sebelum tanam kopi, hendaknya dibuat lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm. Pemupukan harus dilakukan secara berimbang, di mana ditanam juga tanaman penutup tanah seperti Mucuna Munanease (Bunguk) dan Arachis Pintol (kacang-kacangan),” imbuh Ameilia selanjutnya.
Menurutnya, kegiatan PKM yang dilaksanakan oleh tim dosen USU ini merupakan salah satu upaya antara lain untuk mendukung Indikator Kinerja Universitas (IKU) II, dengan melibatkan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman di luar kampus, terlibat di dalam proses pengabdian dengan tugas yang disesuaikan dengan beban sks mata kuliah dalam kurikulum yang akan direkognisi. IKU III dosen dimasukkan sebagai BKD dosen tahun berjalan berbentuk pengabdian di desa, aplikasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selanjutnya hasil kerja dosen yang dapat digunakan masyarakat dikategorikan dalam IKU V. PKM ini adalah transfer pengetahuan dalam pengelolaan kopi tepat guna, menumbuhkembangkan enterpreunership milenial desa, serta perubahan manajemen pengelolaaan edukasi wisata yang mendatangkan manfaat bagi petani kopi, pengelola wisata, masyarakat, dan pemerintah desa.
Mahasiswa yang terlibat dalam PKM akan mendapatkan rekognisi sejumlah 6 sks dari mata kuliah semester 7, yaitu Mata Kuliah Praktik kerja Lapangan (PKL) dengan capaian pembelajaran mata kuliah mahasiswa adalah mampu menganalisis situasi umum, mengidentifikasi masalah bidang pertanian, pangan, kesehatan dan wisata. Selanjutnya dapat menentukan prioritas masalah, dan mendampingi masyarakat dalam intervensi masalah, serta menyusun laporan kegiatan PKM. Kegiatan PKM selaras dan mendukung dengan capaian mata kuliah PKL.
Sinergi fungsi dan peran antara akademisi, petani, komunitas, pihak terkait dan masyarakat secara aktif dan interaktif dalam pembelajaran, introduksi sains dan iptek, berbagi pengalaman dan motivasi, diharapkan akan menumbuhkembangkan ekonomi kreatif yang akan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Di samping itu, perlu dilakukan motivasi, pelatihan edukatif dan pendampingan dengan meningkatkan mutu produk kopi yang diolah menjadi sumber minuman trendi dan makanan tepat guna. Petani kopi dan mitra pengelola makanan harus dapat menyediakan benih kopi unggul, PHT, mengelola pasca panen kopi untuk menghasilkan produksi kopi yang bermutu tinggi.
Kegiatan pengabdian ini disambut baik oleh masyarakat di Dusun Perteguhan Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Melalui kegiatan ini, diharapkan permasalahan yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tanaman kopi, yang terdiri dari kurangnya pengetahuan mitra dalam penanggulangan hama dan penyakit tanaman telah dapat teridentifikasi. Pengetahuan mitra tani dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman secara fisik (menggunakan paranet) dan secara kimiawi (pestisida nabati) dalam menanggulangi hama tanaman kopi lebih meningkat. Sselain itu, penggunaan sampah kopi yang tidak digunakan juga telah dapat diolah dan dimanfaatkan oleh pengelola Kelompok Tani di Desa Telagah. (RJ)