Pestisida Nabati dan Paranet untuk Pengelolaan Agroekowisata
Pestisida Nabati dan Paranet untuk Pengelolaan Agroekowisata
Diterbitkan oleh
Fildzah Zata Amani Nst
Diterbitkan pada
Rabu, 11 Januari 2023
Tim Pengabdian Masyarakat USU bekerja sama dengan dua mitra, yaitu Kelompok Tani Bahagia Tanaman Hortikultura (Tahun Pertama 2022) dan Kelompok Tani Kopi (Tahun Kedua 2023), yang merupakan peserta untuk penyuluhan dan pelatihan penggunaan pestisida nabati, paranet dan pengelolaan agroekowisata ramah lingkungan.
Desa Hutanamale yang berada di Kecamatan Sorik Merapi, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, merupakan salah satu sentra penghasil tanaman hortikultura, seperti: kentang, cabai merah, tomat, kol, sawi, saledri dan tanaman perkebunan (kopi Arabika dan karet). Namun, keterbatasan pengetahuan, minimnya dana petani dan penggunaan senyawa kimiawi dalam pengendalian hama tanaman hortikultura menjadi tradisi yang harus diubah.
Untuk itu, para dosen USU melakukan Pengabdian Masyarakat untuk mendisain Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) tepat guna, membuat pestisida nabati ramah lingkungan serta membentuk agroekowisata. Program kegiatan pengabdian tersebut menggunakan metode survei, sosialisasi, Focus Group Discussion (FGD), pelatihan pembuatan pestisida nabati, dan aplikasi inovasi, mendesain penaung dan alat pelindung hama dominan tanaman hortikultura. Adapun tujuan dari dilaksanakannya kegiatan pengabdian ini untuk mengembangkan petani dan kelompok tani di desa mitra, mengetahui potensi sumber daya alam bidang pertanian, serta dapat mengolahnya secara tepat guna.
Tanaman sayuran, buah-buahan, dan kopi tumbuh subur di desa yang berada di kaki Gunung Sorik Merapi itu. Masyarakatnya berpenghasilan dari bidang pertanian; menanam kentang, tomat dan cabai merah menjadi pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Kentang merupakan salah satu jenis sayuran yang tergolong ke dalam famili Solanaceae. Kentang Madina adalah tanaman spesifik lokal yang sangat familiar di masyarakat. Kentang, tomat dan cabai merah dibudidayakan dan dikonsumsi karena sayuran itu dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan C), mineral, karbohidrat, protein, serat dan lemak yang amat berguna bagi kesehatan. Seperti beberapa jenis sayuran lainnya, cabai merah, tomat dan kentang memiliki sifat mudah rusak, berpola produksi musiman, tidak tahan lama, cepat busuk dan berair. Sifat mudah rusak ini disebabkan oleh daun yang lunak dan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dapat ditembus oleh hama/penyakit tanaman.
Hama ulat Spodoptera litura, Aphis sp, Plutella xylostella, Liriomyza sp, Thrips palmi, Myzus persicae, Bactrocera dorsalis, Nematoda sista kentang, dan Plutellidae merupakan hama di tanaman kentang, tomat dan cabai merah. Apabila tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kentang, tomat dan cabai merah oleh hama tersebut dapat meningkat, sehingga hasil panen dapat menurun, baik jumlah maupun kualitasnya. Serangan yang timbul kadang-kadang sangat berat, sehingga tanaman kentang tidak membentuk krop dan panennya menjadi gagal. Kehilangan hasil kentang yang disebabkan oleh serangan hama dapat mencapai 10-90 persen. Ulat daun S.litura atau P.xylostella bersama dengan ulat jantung Crocidolomia pavonana mampu menyebabkan kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi kentang sebesar 79,81 persen. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kentang. Mandailing Natal memiliki pemandian umum yang bersumber dari Geothermal Sorik Merapi, mengandung belerang dan sulfur, yang bermanfaat bagi kesehatan dan dapat dikembangkan sebagai ekowisata ramah lingkungan.
Oleh karena itu, upaya pengendalian hama dan penyakit kentang, tomat dan cabai merah perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama yang dideskrispikan sebelumnya. Insektisida atau pestisida kimia pembasmi serangga hama yang berasal dari bahan kimia sintetis, selama ini dianggap sebagai penyelamat dan tradisi turun-temurun yang menimbulkan efek samping, mengganggu kesehatan dan merugikan kelestarian ekosistem pertanian.
Beberapa kelompok pestisida kimia konvensional, seperti golongan organofosfat merupakan pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani kentang, tomat dan cabai merah, diikuti karbamat dan piretroid sintetik. Penggunaan pestisida golongan ini menyebabkan resistensi pada hama dan menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam produktivitas pertanian. Dengan semakin resistennya hama, maka jumlah dan dosis pestisida yang digunakan akan semakin tinggi, sehingga meningkatkan biaya produksi. Hal ini pada akhirnya merugikan petani. Untuk itu, dikembangkan alternatif pengganti pestisida yang relatif murah dan lebih aman terhadap lingkungan. Di antaranya menggunakan paranet sebagai naungan permanen dan pelindung dari serangan hama pada tanaman hortikultura.
Selanjutnya, penggunaan pestisida nabati dari daun pepaya, nimba, babandotan, bawang putih, rebusan cabai rawit, tembakau dan tanaman lainnya sudah lama digunakan petani. Pengembangan pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan, antara lain ramah lingkungan, murah dan mudah didapat, tidak meracuni tanaman, tidak menimbulkan resistensi hama, mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman, kompatibel digabung dengan pengendalian lain dan menghasilkan produk pertanian yang bebas residu pestisida. Menurut Atmadja (2010) dan Azwana (2019), eugenol sitronelal dapat mengendalikan Spodoptera litura. Sedangkan hama Helopeltis dapat dikendalikan menggunakan persistensi minyak cengkeh dan sepuluh jenis tanaman obat dan aromatik. Berdasar analisis itu, maka para petani perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pestisida nabati dan cara pembuatannya. Dengan demikian, selain dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan produksi pertanian, penggunaan pestisida nabati juga dapat melestarikan lingkungan pertanian, sehingga keberlanjutan sistem produksi pertanian dapat terjaga dengan baik.
Tim Pengabdian Masyarakat USU bekerja sama dengan dua mitra, yaitu Kelompok Tani Bahagia Tanaman Hortikultura (Tahun Pertama 2022) dan Kelompok Tani Kopi (Tahun Kedua 2023), yang merupakan peserta untuk penyuluhan dan pelatihan penggunaan pestisida nabati, paranet dan pengelolaan agroekowisata ramah lingkungan. Kedua kelompok tani ini merupakan sasaran utama dalam kegiatan PKM berbasis multi tahun. Hal itu didasarkan kepada keterbatasan pengetahuan petani dalam mengendalikan hama tanaman hortikultura secara ramah lingkungan Desa Hutanamale, Puncak Sorik Merapi. Di mana petani umumnya tidak memahami cara pembuatan dan aplikasi pestisida nabati. Juga penggunaan lahan yang belum optimal dalam budidaya dan agroekowisata tanaman hortikultura, serta tanaman perkebunan.
Dari dua tahun pelaksanaan PKM, target dan capaian yang berhasil dilaksanakan pada tahun pertama (2022) adalah; mendisain lokasi dan aplikasi paranet pada tanaman hortikultura, membuat pestisida nabati ramah lingkungan dari sisa air beras dan 3 jenis tanaman (daun papaya, bawang putih, cabe rawit) dan sisa buah-buahan di rumah, serta ekowisata berbasis lahan pertanian tanaman hortikultura dan kopi. Untuk tahun kedua (2023), capaian yang berhasil diwujudkan adalah; menginisiasi pembentukan Poktan Kopi Arabika Sejahtera (KAS) di Sorik Merapi, membentuk agroekowisata, lapo kopi dan kebun petik buah dan sayuran sendiri, serta menginisiasi lokasi wisata air panas Sibanggor, Sorik Merapi.
Selama dilaksanakannya PKM, permasalahan yang ditemukan berupa rendahnya pengetahuan petani tentang budidaya plasma nutfah dan tanaman hortikultura (cabai merah, tomat, kentang, sayuran) dan tanaman perkebunan (kopi). Begitu juga dengan pemahaman dan pengetahuan petani hortikultura yang rendah tentang pengendalian hama pemanfaatan pestisida nabati. Serta belum adanya inovasi, penggunaan penaung tanaman hortikultura permanen dan alat pelindung hama tanaman hortikultura.
Kegiatan Pengabdian Multi Tahun dilaksanakan di Desa Hutanamale, Kec. Sorik Merapi, Mandailing Natal, dari Juni 2022 hingga Nopember 2022. Motivasi yang kuat dari pihak mitra untuk menghasilkan panen hortikultura dan kopi berkualitas, di samping pengelolaaan lahan dan sumber daya alam yang masih terbatas, menjadi salah satu modal kuat untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian Multi Tahun pada masyarakat di daerah tersebut.
PPM Desa Binaan di Desa Hutanamale, Sorik Merapi, Madina, menghasilkan identifikasi permasalahan yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tanaman hortikultura, terdiri dari: kurangnya pengetahuan mitra (Poktan Bahagia di Desa Hutanamale, Sorik Merapi, Madina) dalam penanggulangan hama dan penyakit tanaman menggunakan bahan kimiawi (pestisida, herbisida, insektisida). PPM juga meningkatan pengetahuan mitra tani dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman secara fisik (menggunakan paranet) dan secara kimiawi (pestisida nabati) dalam menanggulangi hama tanaman hortikultura. Kegiatan tersebut juga telah mensosialisasikan penggunaan paranet ke Poktan Bahagia di Desa Hutanamale, Sorik Merapi, Madina, dan mensosialisasikan penggunaan pestisida nabati ke Poktan Bahagia di Desa Hutanamale, Sorik Merapi, Madina. (RJ)