A11Y

HOME

MENU

CARI

Kesemek: Buah Keemasan, Peluang Emas untuk Petani Jawa Timur

Diterbitkan Pada12 September 2024
Diterbitkan OlehProf. Dr. Ir. Abdul Rauf MP
Kesemek: Buah Keemasan, Peluang Emas untuk Petani Jawa Timur
Copy Link
IconIconIcon

Kesemek: Buah Keemasan, Peluang Emas untuk Petani Jawa Timur

 

Diterbitkan oleh

Kamis, 12 September 2024

Diterbitkan pada

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf MP

Logo
Download

Penelitian ini menyoroti pentingnya diversifikasi produk dan sertifikasi organik untuk meningkatkan nilai tambah kesemek di Jawa Timur. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dan menciptakan peluang pasar baru.

Di dataran tinggi Jawa Timur, terdapat buah kecil berwarna jingga keemasan yang menyimpan potensi besar, yaitu kesemek. Meskipun kesemek mungkin bukan buah yang paling umum di benak banyak orang ketika berbelanja, buah ini menyimpan rahasia besar yang dapat mengubah kehidupan para petani di wilayah tersebut. Permintaan terhadap kesemek semakin meningkat, terutama setelah peneliti menemukan bahwa buah ini mengandung zat yang berpotensi bermanfaat dalam melawan COVID-19, yang sempat menjadi kekhawatiran utama masyarakat. Nyatanya, kesemek bukan hanya enak dikonsumsi, tetapi juga memiliki nilai kesehatan yang luar biasa, menjadikannya aset berharga yang perlu dimanfaatkan dengan lebih baik.

Kesemek kaya akan gizi, seperti air, protein, lemak, karbohidrat, serta berbagai vitamin seperti A dan C. Tidak hanya itu, kandungan potasium, fenol, dan tanin di dalamnya memberikan sifat antioksidan yang kuat. Dalam banyak penelitian sebelumnya, kesemek disebut-sebut mampu berperan sebagai pencegah penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung. Dengan semua manfaat kesehatan ini, kesemek seharusnya memiliki nilai jual yang tinggi.

Namun, realitasnya banyak petani di daerah ini masih berjuang dengan pendapatan yang rendah karena pemanfaatan kesemek yang belum optimal. Di wilayah seperti Bumiaji, Ampelgading, dan Tirtoyudo, Jawa Timur, para petani telah menanam kesemek selama bertahun-tahun. Namun, kualitas dan kuantitas kesemek yang dihasilkan belum konsisten. Salah satu masalah utama yang dihadapi petani adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah buah ini, sehingga pendapatan mereka dapat meningkat secara signifikan.

Menanggapi permasalahan tersebut, tim penelitian yang terdiri dari Ayu Erfiana Asmy, Abdul Rauf, Rahmawaty, Badaruddin dari Universitas Sumatera Utara, Indonesia, dan Umrotul Khasanah dari Universitas Islam Negeri Malang, Indonesia, menelaah pentingnya reformulasi model nilai tambah kesemek sebagai strategi untuk meningkatkan pendapatan petani di Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan diversifikasi produk, yang dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sebagian besar petani hanya menjual kesemek dalam bentuk buah segar. "Melalui diversifikasi produk, kesemek bisa diolah menjadi berbagai produk turunan, seperti makanan dan minuman olahan, yang memiliki nilai jual lebih tinggi," kata Ayu Erfiana.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah mengolah kesemek menjadi selai, jus, manisan, atau bahkan bahan dasar kosmetik alami. Di negara lain, produk olahan kesemek sudah menjadi komoditas populer dengan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan buah segarnya. Dengan mengadopsi konsep ini, petani di Jawa Timur dapat membuka pasar baru dan meningkatkan pendapatan mereka secara signifikan.

“Tidak hanya diversifikasi produk, perbaikan kualitas dan pengemasan juga menjadi kunci penting. Konsumen saat ini tidak hanya mencari produk yang lezat, tetapi juga yang dikemas dengan baik dan menarik. Pengemasan yang cerdas dapat meningkatkan daya tarik produk di mata konsumen sekaligus meningkatkan nilai jualnya di pasaran,” jelas Prof. Abdul Rauf, yang juga terlibat dalam penelitian ini.

Selain diversifikasi produk, sertifikasi dan pelabelan produk juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan nilai jual kesemek. Sertifikasi akan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk yang mereka beli. Sertifikasi organik, misalnya, diharapkan mampu menarik segmen pasar yang lebih luas, terutama di kalangan konsumen yang peduli terhadap kesehatan dan lingkungan. Prof. Abdul Rauf menambahkan bahwa penambahan nilai gizi pada produk olahan kesemek juga bisa menjadi daya tarik tersendiri, mengingat konsumen saat ini semakin sadar akan pentingnya nutrisi dalam makanan yang mereka konsumsi. Oleh karena itu, peningkatan nilai gizi melalui proses pengolahan yang cermat dapat menjadikan produk olahan kesemek lebih diminati di pasar.

Untuk mencapai semua target dan rencana yang telah dipaparkan, pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi para petani sangatlah penting. Petani perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengolah kesemek menjadi produk bernilai tambah tinggi. Tanpa pelatihan ini, tentu akan sulit bagi mereka untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif. “Pengembangan jaringan dan kemitraan dengan pihak swasta juga merupakan langkah penting yang harus diambil oleh para petani,” ungkap Prof. Abdul Rauf.

Dalam dunia bisnis saat ini, memiliki jaringan yang luas dapat membuka banyak peluang baru, baik dalam hal pemasaran maupun distribusi produk. Dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan swasta, petani dapat mengakses pasar yang lebih luas serta mendapatkan dukungan dalam distribusi dan pemasaran. Selain itu, akses terhadap modal dan pembiayaan juga menjadi tantangan utama yang sering dihadapi petani. Tanpa modal yang memadai, sulit bagi petani untuk berinvestasi dalam proses hilirisasi produk kesemek. Oleh karena itu, pemerintah dan lembaga keuangan perlu menyediakan skema pembiayaan yang mudah diakses oleh petani, sehingga mereka dapat melakukan investasi yang diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah produk mereka.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya inovasi dan penelitian berkelanjutan dalam pengembangan produk kesemek. Inovasi dalam pengolahan, pengemasan, dan pemasaran dapat membantu petani terus meningkatkan kualitas dan variasi produk mereka. Dengan demikian, produk kesemek dari Jawa Timur dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional.

“Di balik semua strategi ini, ada satu hal yang tidak boleh diabaikan: keberlanjutan. Pengembangan hilirisasi produk kesemek harus dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan. Artinya, proses pengolahan dan produksi harus dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan dan tidak merusak ekosistem setempat,” jelas Prof. Abdul Rauf.

Sertifikasi organik dan berkelanjutan dapat menjadi alat yang efektif untuk memastikan bahwa praktik pertanian yang dilakukan petani sesuai dengan standar lingkungan yang baik. Di sisi lain, petani juga harus didorong untuk menerapkan praktik-praktik pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan teknik irigasi hemat air. Dengan program pertanian berkelanjutan, manfaat tidak hanya akan dirasakan oleh petani, tetapi juga oleh masyarakat luas. Pertanian yang berkelanjutan dapat menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pada akhirnya meningkatkan perekonomian pedesaan. Ini merupakan langkah penting dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi petani dan masyarakat di Jawa Timur.

Kesimpulannya, reformulasi model nilai tambah kesemek adalah peluang emas bagi para petani di Jawa Timur. Dengan strategi yang tepat, buah kecil ini dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan. Mulai dari diversifikasi produk hingga sertifikasi organik, setiap langkah menuju peningkatan nilai tambah produk kesemek dapat memberikan dampak besar bagi kehidupan petani.

Artikel
SDGs
Artikel Penelitian
SDGs 12

Detail Paper

JurnalResources
JudulReformulation of Persimmon Value-Added Model: Product Downstream Development Strategy for Farmers in East Java, Indonesia
PenulisAyu Erfiana Asmy (1), Abdul Rauf (1,2), Rahmawaty (1,3), Badaruddin (1,4), Umrotul Khasanah (5)
Afiliasi Penulis
  1. Natural Resources and Environmental Management Study Program, Postgraduate School, Universitas Sumatera Utara, Kota Medan 20155, North Sumatra, Indonesia;
  2. Agroecotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, Universitas Sumatera Utara, Kota Medan 20155, North Sumatra, Indonesia
  3. Forestry Study Program, Faculty of Forestry, Universitas Sumatera Utara, Kota Medan 20353, North Sumatra, Indonesia
  4. Sociology Study Program, Faculty of Social and Political Science, Universitas Sumatera Utara, Kota Medan 20155, North Sumatra, Indonesia
  5. Faculty of Economics, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang, Kota Malang 65144, East Java, Indonesia

Fitur Aksesibilitas

  • Grayscale

  • High Contrast

  • Negative Contrast

  • Text to Speech

icon

Universitas Sumatera Utara

Online

Halo, Ada Yang Bisa Saya Bantu?