Tim USU Kembangkan Inovasi Daun Acem-acem Atasi Serangan Hama Lalat Buah
Daun acem acem, kata Eka, merupakan tanaman liar dari pegunungan sekitar Tanah Karo. Dulu dianggap tak bernilai. Namun saat ini telah dikembangkan menjadi pestisida alami yang efektif melawan lalat buah (Bactrocera dorsalis sp.)
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Sumatera Utara (TPM USU) mengembangkan tanaman acem acem (Oxalis dehradunensis R.) sebagai solusi inovatif untuk mengatasi serangan hama lalat buah Bactrocera dorsalis sp. Kegiatan yang digelar di Desa Semangat, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo pada 3 Agustus 2024 lalu, sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat petani hortikultura dan menjaga ekologi lingkungan dan kesehatan kerja di dunia pertanian.
Tim PKM diketuai oleh Dr Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat) dan beranggotakan Isra Suryati, ST, M.Si dari Fakultas Teknik Lingkungan). Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa dari kedua fakultas.
"Ini merupakan masalah yang belum pernah terselesaikan di Tanah Karo. Lalat buah atau yang sering dikenal dengan nama 'cit-cit' menjadi musuh utama petani Karo karena sering merugikan hasil panen. 'Cit-cit' merupakan penyebab busuk buah dan juga menurunkan nilai jual dari panen produk pertanian yang dikelola seperti buah tomat, jeruk, kopi, ataupun tanaman hortikultura lainnya," kata Eka dalam keterangannya.
Eka mengaku telah meneliti manfaat tanaman acem acem yang memiliki khasiat sebagai insektisida dan repellent bagi hama cit-cit ini. Inisiatif mengangkat daun acem acem (Oxalis dehradunensis R.) adalah solusi inovatif untuk mengatasi masalah hama pada tanaman hortikultura.
Daun acem acem, kata Eka, merupakan tanaman liar dari pegunungan sekitar Tanah Karo. Dulu dianggap tak bernilai. Namun saat ini telah dikembangkan menjadi pestisida alami yang efektif melawan lalat buah (Bactrocera dorsalis sp.)
Selain itu, lanjut Eka, pihaknya, telah mengembangkan berbagai produk dari daun acem acem sejak 2019. Produk-produk tersebut meliputi sabun pembersih pestisida, krim anti penuaan dini, serbuk effervescent. Dan sekarang dikembangkan sebagai pestisida alami untuk membunuh lalat buah.
"Program ini tidak hanya memberikan solusi bagi petani untuk meningkatkan hasil panen, tetapi juga menawarkan alternatif ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia," sebut Eka.
Kegiatan pengabdian telah dilakukan mulai dari tanggal 28 Juni 2024 dan Dr Eka menjelaskan bagaimana membuat pestisida nabati ekstrak Oxalis dehradunensis R. pada masyarakat petani di Desa Semangat. Kegiatan dilanjutkan pada 3 Agustus 2024, dengan pengujian pestisida nabati ekstrak Oxasalis dehradunensis R pada tanaman tomat, yang diinjeksikan lalat buah kemudian pestisida nabati tersebut disemprotkan.
Dr. Eka bersama tim juga melakukan pengukuran lingkungan khususnya kualitas udara ambien dengan beberapa parameter seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), partikulat ukuran 2,5 mikron (PM2,5), partikulat ukuran 10 mikron (PM10), total volatile organic compound (TVOC), formaldehida (HCHO) dan beberapa parameter meteorologi seperti suhu, kelembaban, tekanan, arah angin dan kecepatan angin. Hasil pengukuran kualitas udara ambien untuk semua parameter pencemar udara menunjukkan bahwa semua parameter masih jauh di bawah baku mutu udara ambien dan membuktikan bahwa pemanfaatan daun acem acem dapat menjaga ekologi lingkungan. Daun acem acem yang sering dianggap sebagai tanaman liar tidak perlu dibuang lagi, namun dapat dibudidayakan sebagai bahan baku pestisida nabati.
Menurut Dr Eka, petani masih menjadikan tanaman ini sebagai limbah pertanian, sehingga selalu dibuang karena dianggap sebagai tanaman liar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pertanian.
“Selama ini petani sering membuang tanaman acem-acem, padahal saya yakin bahwa tidak ada yang tidak bermanfaat diciptakan oleh Tuhan. Pestisida nabati ini merupakan produk saya yang ke lima dan kita ciptakan untuk menjaga siklus atau ekologi lingkungan melalui pengelolaan limbah pertanian.”
Hasil penelitian yang telah dilakukan Dr Eka pada tahun 2023 menunjukkan bahwa kandungan tanaman acem acem tidak hanya dapat diolah menjadi produk kesehatan, namun juga dapat membantu petani menjadi produk pertanian yaitu pestisida nabati. Pemanfaatan ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan bermanfaat bagi petani lainnya sesuai dengan upaya preventif yang digalakkan Dr Eka agar tercipta petani yang sehat, produk yang aman dan lingkungan yang terkendali. Ini merupakan bagian dari program health and sustainability agriculture yang diciptakannya sejak tahun 2019, dengan fokus memperhatikan keselamatan dan kesehatan masyarakat petani di tanah Karo.
Pengabdian ini merupakan titik tolak pengembangan produk inovasi yang baru. Awal tahun 2021 Dr Eka telah membuktikan khasiat acem acem sebagai pembersih pestisida dengan produk hand soap gel ekstrak daun acem acem. Tidak hanya itu daun acem acem ini juga sudah dikembangkan menjadi produk krim anti penuaan dini dan serbuk effervescent, dengan tetap berfokus pada keselamatan dan kesehatan petani. Memberdayakan petani untuk memanfaatkan acem acem ini merupakan pengembangan berkelanjutan yang saya lakukan, tidak hanya untuk meningkatkan kesehatan petani, namun juga menjaga ekologi lingkungan di samping pengembangan desa.
“Desa Semangat merupakan desa kedua yang menjadi sasaran dari pengembangan program pemanfaatan daun acem acem. Semakin banyak petani yang menggunakan acem acem untuk mendukung pengelolaan pertanian dan kesehatannya, maka semakin meningkat juga pendapatan petani di Tanah Karo. Program ini adalah langkah nyata dalam mendukung petani lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Kami berharap inovasi ini dapat menginspirasi praktik serupa di daerah lain dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” ujar Eka. (RJ)