FIB USU Gelar Kuliah Umum "Pemajuan Kebudayaan", Dorong Kolaborasi Antar Disiplin
FIB USU Gelar Kuliah Umum "Pemajuan Kebudayaan", Dorong Kolaborasi Antar Disiplin
Diterbitkan oleh
Bambang Riyanto
Diterbitkan pada
Kamis, 17 Oktober 2024
"Mahasiswa FIB harus memiliki wawasan yang luas dan mampu melakukan penelitian interdisiplin untuk menggali potensi budaya." ungkap Dekan FIB USU.
HUMAS USU - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU) sukses menggelar kuliah umum pemajuan kebudayaan yang bertajuk "Memahami Ekonomi Tersembunyi dan Meletakkan Kebudayaan sebagai Hulu Pembangunan" dalam rangka Dies Natalis ke-59. Acara ini menghadirkan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Hilmar Farid, Ph.D., sebagai narasumber utama.
Dalam sambutannya, Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, mengapresiasi FIB USU yang telah menginisiasi acara ini. Beliau juga menekankan pentingnya peran kebudayaan dalam pembangunan dan berharap kuliah umum ini dapat memberikan inspirasi bagi seluruh peserta. Rektor juga menyoroti potensi besar FIB USU dalam pengembangan jurnal ilmiah yang fokus pada kearifan lokal.
Sementara itu, Dekan FIB USU, Prof. Dr. Dra. T. Thyrhaya Zein, berharap mahasiswa FIB dapat memiliki wawasan yang lebih luas, tidak hanya melestarikan tetapi juga mengeksplorasi budaya dalam konteks industri kreatif. Beliau mendorong mahasiswa untuk melakukan penelitian interdisiplin dan mempublikasikan hasil penelitiannya.
"Mahasiswa FIB harus memiliki wawasan yang luas dan mampu melakukan penelitian interdisiplin untuk menggali potensi budaya." ungkap Dekan FIB USU.
Ketua Panitia Dies Natalis ke-59 FIB USU, Rahmadsyah Rangkuti, menjelaskan bahwa kuliah umum ini bertujuan untuk mendorong kolaborasi antar disiplin ilmu dalam mengembangkan ekonomi berbasis kebudayaan. Beliau mengajak mahasiswa dari berbagai fakultas untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan.
"Kolaborasi antar disiplin adalah kunci untuk mengembangkan ekonomi kreatif yang berbasis pada kekayaan budaya Indonesia." tutur Rahmadsyah Rangkuti.
Dalam paparannya, Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, Ph.D., membahas pentingnya menempatkan kebudayaan sebagai hulu pembangunan. Beliau juga menyoroti potensi besar ekonomi kreatif yang berbasis pada kekayaan budaya Indonesia.
"Dengan menempatkan kebudayaan sebagai hulu pembangunan, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan." jelas Hilmar.